Master of Islamic Studies
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/188
2024-03-29T05:05:38ZPERTEMUAN NABI MUSA AS DENGAN ALLAH SWT (Studi Psikologi Sufisme Kisah Musa dalam Tafsir Ibnu Katsir)
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35818
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kisah kehidupan dan perjalan dakwah
nabi Musa dalam tafsir Ibnu Katsir; (2) mengetahui peroses pertemuan nabi Musa
dengan Allah; (3) mengetahui apakah Allah dapat dilihat oleh mata kepala makhluk di
dunia.
Jenis penelitian yang penulis gunakan di sini adalah penelitian kepustakaan
(library reseach) dengan pendekatan psikologi sufi. Pendekatan psikologi sufi
merupakan pendekatan dengan mempelajari dan memfokuskan pada tiga konsep dasar
psikologi sufi, yaitu hati, jiwa dan ruh.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dapat
penulis simpulkan sebagai berikut: (1) Pertemuan nabi Musa menurut pandangan
sufisme (para Arif Billahi ) adalah bisa terjadi dengan Nur mukhasyafah. Bahwa yang
dimaksud dengan melihat Allah bukan berarti melihat Dzat-Nya (bentuk rupa). (2)
Dikalangan sebagaian Ulama sufi terdapat keyakinan bahwa melihat Tuhan bisa terjadi
dengan pandangan mata batin yang mendapat nur dari Allah. (3) Firman Allah “engkau
tidak dapat melihatku” tidak bisa melihat Tuhan. Tetapi tidak berarti menutup
kemungkinan untuk dilihat dengan mata hati. Bila mata hati itu dilengkapi oleh Allah
dengan Nur-Nya yang kemudian disebut dengan “nurul bashirah” (cahaya pandangan
batin yang disebut (bashar) yang kemudian mata kepala sama sekali tidak berfungsi
termasuk tidak berfungsinya daya pikir dan seluruh kemampuan fisikal (jasmani) yang
oleh orang sufi digambarkan dengan fana dzauqy maka kondisi itulah terjadi melihat
Tuhan. (4) Pingsangnya nabi Musa disebabkan karena ketidakmampuannya melihat
Allah, dan ini bukan berarti Allah tidak bisa dilihat.(5) Tasbihnya Musa setelah sadar
menunjukkan kekurangan dan kelemahan Musa yang tidak mampu melihat Allah di
dunia, dan tidak semua yang bisa dilihat berarti tidak baik atau kurang. (6) Melihat
Allah di dunia tidak pernah dilihat dengan mata kepala baik oleh nabi Musa maupun
Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa salallam. Allah hanya bisa dilihat di dunia
dengan pandangan hati atau lewat mimpi sesuai dengan kapasitas keimanan dan
keyakinannya kepada Allah. Adapun pada hari kiamat kelak Allah akan dilihat oleh
seluruh makhluknya. Tetapi melihat allah yang hakiki menjadi tambahan kenikmatan
hanya bisa dirasakan oleh orang mukmin setelah mereka masuk surga.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kisah kehidupan dan perjalan dakwah
nabi Musa dalam tafsir Ibnu Katsir; (2) mengetahui peroses pertemuan nabi Musa
dengan Allah; (3) mengetahui apakah Allah dapat dilihat oleh mata kepala makhluk di
dunia.
Jenis penelitian yang penulis gunakan di sini adalah penelitian kepustakaan
(library reseach) dengan pendekatan psikologi sufi. Pendekatan psikologi sufi
merupakan pendekatan dengan mempelajari dan memfokuskan pada tiga konsep dasar
psikologi sufi, yaitu hati, jiwa dan ruh.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dapat
penulis simpulkan sebagai berikut: (1) Pertemuan nabi Musa menurut pandangan
sufisme (para Arif Billahi ) adalah bisa terjadi dengan Nur mukhasyafah. Bahwa yang
dimaksud dengan melihat Allah bukan berarti melihat Dzat-Nya (bentuk rupa). (2)
Dikalangan sebagaian Ulama sufi terdapat keyakinan bahwa melihat Tuhan bisa terjadi
dengan pandangan mata batin yang mendapat nur dari Allah. (3) Firman Allah “engkau
tidak dapat melihatku” tidak bisa melihat Tuhan. Tetapi tidak berarti menutup
kemungkinan untuk dilihat dengan mata hati. Bila mata hati itu dilengkapi oleh Allah
dengan Nur-Nya yang kemudian disebut dengan “nurul bashirah” (cahaya pandangan
batin yang disebut (bashar) yang kemudian mata kepala sama sekali tidak berfungsi
termasuk tidak berfungsinya daya pikir dan seluruh kemampuan fisikal (jasmani) yang
oleh orang sufi digambarkan dengan fana dzauqy maka kondisi itulah terjadi melihat
Tuhan. (4) Pingsangnya nabi Musa disebabkan karena ketidakmampuannya melihat
Allah, dan ini bukan berarti Allah tidak bisa dilihat.(5) Tasbihnya Musa setelah sadar
menunjukkan kekurangan dan kelemahan Musa yang tidak mampu melihat Allah di
dunia, dan tidak semua yang bisa dilihat berarti tidak baik atau kurang. (6) Melihat
Allah di dunia tidak pernah dilihat dengan mata kepala baik oleh nabi Musa maupun
Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa salallam. Allah hanya bisa dilihat di dunia
dengan pandangan hati atau lewat mimpi sesuai dengan kapasitas keimanan dan
keyakinannya kepada Allah. Adapun pada hari kiamat kelak Allah akan dilihat oleh
seluruh makhluknya. Tetapi melihat allah yang hakiki menjadi tambahan kenikmatan
hanya bisa dirasakan oleh orang mukmin setelah mereka masuk surga.
PERTEMUAN NABI MUSA AS DENGAN ALLAH SWT (Studi Psikologi Sufisme Kisah Musa dalam Tafsir Ibnu Katsir)
2020-06-20T00:00:00ZPERAN PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL DALAM PEMBINAAN PERKAWINAN DI KABUPATEN SLEMAN (Tinjauan Konseling Islam)
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35817
KIJA (Kantor Urttsan Agama / Office of Religious Affairs) is a pafi of the
government that is needed the nrost in marriage affairs. [n its structure, there are
Marriage Registrar who works in marriage registration service. Staff of Pelnbinaan
Perkatuinan clan Kelttarga Sakinah (Bintvin 1{., who works in marriage
consultation and family with tranquility and Functional Islanr Religion Counsellor
(Penyuluh Agama Islant Fungsionali PAIF) who rvorks Islam religion guidance and
counselling.
In the case in Slernan Regency of DIY (.Doeruh Istitttewa l'ogyukortul
Yogyakarta Special Region; the ideal role of PAII] in marriage consultation
(binwin) has had Islarnic characteristics (carried oLrt as in Islamic valLres) and legal
(as in legal protection in the main duties and l'unctions). Meanr'r,hile, the activities
are based on the activities of pre and post marriage consLrltatior-rs, categorized into
8 roles (P), as follows:
l. Pl: Becorning consultation resource
individLrally
2. P2: Becon,ing consultation resource
in couple
3. P3: Becoming consultation resource
in a class/ in course.
4. P4: Becorning MC/ moderator/ collrse conrn-rittee of futLrre brides and
bridegrooms ind ividually
5. P5: Becoming khatib in marriage kfurtboh
6. P6: Becoming consultation resource person of post marriage individLrally
7. P7: Becoming consultation resource person of post r-narriage in coLrple
8. PB: Becoming BP4 Marriage Consultant
In this case, the role of PAIF is as the closest colleague of Marriage Registrar and
Staff of Birytin KS.
Ar-nongthe ideal 8 roles, the actual roles of-PAIFs in KUA in Sleman Regency are
P1, P2, P3, P6, P7, and P8 r,vith different significance of the roles: there are ones
with roles that are signiticant (S), significant enough (CS), Iess significant (KS),
and not significant (TS). Frorn Islarnic Counselling review, both ideal role and
actual role of PAIF show a relevance with Islamic Counselling standard. The
correlation of the relevance and the role optirnization strategy of PAIF in binv,in
can be analyzed.
KUA (Kantor Urusan Agama) merupakan pihak pemerintah yang paling
dibutuhkan dalam urusan perkawinan. Di dalam strukturnya ada Penghulu yang
bertugas dalam pelayanan pencatatan perkawinan, Staf Pembinaan Perkawinan dan
Keluarga Sakinah (Binwin KS) yang bertugas dalam pembinaan perkawinan dan
keluarga sakinah, dan Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) yang bertugas
dalam bimbingan penluluhan agama Islam.
Dalam kasus di Kabupaten Sleman, DIY; peran ideal PAIF dalam
pembinaan perkawinan (binwin) sudah bersifat Islami (dijalankan sesuai dengan
nilai-nilai Islam) dan legal (sesuai dengan payung hukum pada ranah tupoksinya).
Adapun kegiatannya bertumpu pada kegiatan penasihatan pranikah dan penasihatan
pascanikah, yang terkelompok dalam 8 peran (P), yakni:
1. Pl
2. P2
3. P3
1. P4
5. P5
6. P6
7. P7
8. PB
Menjadi narasumber penasihatan calon pengantin (catin) individual
Menjadi narasumber penasihatan catin berpasangan/ sepasang
Menjadi narasumber penasihatan catin klasikal/ kursus catin (suscatin)
Menjadi MC/ moderator/ panitia suscatin
Menjadi khatib pada khutbah nikah
Menjadi narasumber penasihatan pascanikah individLral
Menjadi narasumber penasihatan pascanikalr berpasangan
Meniadi Konsultan Perkawinarr BP4
Dalarn hal ini PAIF berperan sebagai mitraterdekat Penghulu dan Staf Binwin KS.
Dari B peran ideal tersebut yang dapat diperankan oleh para PAIF sebagai peran
aktual di KUA se-Kabupaten Sleman adalah: Pl,P2, P3, P6, P7, dan P8 dengan
signifikasi peran yang berbeda-beda; ada yang berperan secara signifikan (S).
cukup signifikan (CS), kurang signifikan (KS), dan ada pula yang tidak signifikan
(TS). Dari tinjauan Konseling Islam, baik peran ideal maupLrn peran aktual PAiF
itu menunjukkan relevansi dengan standar Konseling Islarn. Relevansi ini dapat
dianalisis keterkaitannya dengan strategi optimalisasi peran PAIF dalarn binwin.
PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL DALAM PEMBINAAN PERKAWINAN DI KABUPATEN SLEMAN (Tinjauan Konseling Islam)
2020-06-20T00:00:00ZPEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IJTAHID FI AL-QIRA’AH DI PONDOK PESANTREN AR-RUHAMAA’ PLAYEN GUNUNGKIDUL
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35816
The purpose of this research is to flnd out tlre planning, implementation, result, evaluation,
supporting and in-hibiting t-actors of Al-Qur'an recitation lear"ning with the rnethod of ljtihad Fi al-
Qira'ah in Ar-Ruhamaa' Islarnic Boarding School Playen Gunung Kidul. The research rnethod
vi,,as qualitative descriptive with case study'approach. There were 5 infonnants in this research,
selected through purposive sarnpling. The data collection method was using observation, intervierv
and documentation, and then it was analyzedtlrough data organization, data groupittg. asstrmption
testing, alternative-answer seeking, and research result writing. The research result shows that the
planning of the Al-Qur'an recitation learning rvith the rnethod of ljtihad Fi al-Qira 'ali has been
ernbedded within the curdculum, students' development joLulal, students' development report,
target establishment, goal fbnnulation, and rneeting schedule arangement. It has been
implernented three times per week with the composition of 5 students and i teacher. The time
allocation needed for the lltihad Fi Al-Qira'{th is3 - 4 months. The analysis result shows that 65 9,tr
of the students have good Al-Qur'an recitation skill. The evaluation of the Al-Qur'an recitatiou
leanring usrng l.jtihad Fi Al-Qira'ahhas been conducted every learning hour" which is three times
per rveek, the evaluation has been done in the fonn of Al-Qur'an recitation skill test. Written
evaluation record has also been caried out along with the suppofiing factor: professional human
resources, rvhereas the inhibiting factor: limited leaming facility and infrastmctures.
Tujuan penelitian ini mengetahui perencanaan, pelaksanaan, hasil, evaluasi, faktor
yang mendukung dan faktor yang menghambat pembelajaran membaca Al-Qur'an
dengan metode Ijtahid Fi al-Qira'ah di Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa' Playen
Gunungkidul. Metode penelitian ini menggunakan deslcriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus, Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5
orang yang ditentukan dengan Purposive sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dan dianalisis dengan
mengorganisasikan data, pengelompokan data, menguji asumsi, mencari alternatif
jawaban dan menulis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa
perencanaan pembelajaran membaca Al-Qur'an dengan metode Ijtahid Fi al-
Qira'ah telah ditetapkan dalam kurikulum, membuat jurnal (buku catalan
perkembagan santri), menulis capaian atau perkembangan santri, menetapkan
target sasaran, merumuskan tujuan dan mengatur jadwal pertmuan, pelaksanaan 3
kali dalam seminggu dengan komposisi 5 santri I guru/ustad. Waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan kitab ljtahid Fi al-Qira'ah selama 3-4 bulan.
Hasil analisis diperoleh 650/o santri memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an
dalam kategori baik, evaluasi dalam pembelajaran membaca Al-Qur'an dengan
metode ljtahid Fi al-Qira'ah dilaksanakan setiap jam pelajaran yaitu 3 kali dalam
satu minggu, evaluasi dilakukan dalam bentuk tes kemampuan membaca Al-
Qur'an, catatan evaluasi juga di lakukan dengan cara tertulis dengan faktor
pendukung SDM pengajar yang profesioanal dengan penghambat adalah
keterbatasan sarana dan prasarana pembelaj aran.
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IJTAHID FI AL-QIRA’AH DI PONDOK PESANTREN AR-RUHAMAA’ PLAYEN GUNUNGKIDUL
2020-06-20T00:00:00ZPROSES BELAJAR EFEKTIF DALAM MEMBENTUK KECERDASAN INTELEKTUAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA MAHAD ALI BIN ABI THALIB YOGYAKARTA
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35815
This study entitled the effective learning process in shaping intellectual
intelligence and learning motivation in students at Ma’had Ali Bin Abi Thalib
Yogyakarta. The purpose of this study is to explain how the student’s effective
learning process, knowing students’ intellectual intelligence and understanding
students’ motivation. In addition, the purpose is to investigate whether there is any
influence between the effective learning process with intellectual intelligence and
learning motivation on students at Ma’had Ali bin Abi Thalib Yogyakarta.
The type and approach of this research is field research with a qualitative
(descriptive) approach. The research subjects were six (6) students. Data
collection was done by the methods of interview, observation, and documentation.
Data analysis techniques were done using reduction, presentation, withdrawal, and
data credibility.
The results of this study indicate that: 1) the effective learning process of
students is that, in their learning activities, the aspect of attendance and work on
assignments is categorized to be good. It is seen from the discussions, asking
friends to repeat the material, and studying together. The place and learning
organizations use The Genealogy of Lughah al-Arabiyah curriculum. The teachers
also have motivated to learn and assist in understanding the material. Then the
supporting factor comes from themselves because of their interest in learning
Arabic. 2) Students’ intellectual intelligence is obtained by repeating the subject
matter, listening to the teacher’s explanation, and asking friends and teachers. 3)
Students’ learning motivation is the encouragement in learning Arabic and Islamic
studies, the ability to speak active or passive Arabic, and the fact that Arabic is the
science of learning the Qur’an. 4) Then the effect of the effective learning process
can be seen from the students themselves, whether they were graduated from the
Islamic boarding house or have studied Arabic before. It is because the obstacle
that is often in students is the basic mastery of Arabic.
Penelitian ini berjudul proses belajar efektif dalam membentuk
kecerdasan intelektual dan motivasi belajar pada mahasiswa di Mahad Ali bin Abi
Thalib Yogyakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana
proses belajar efektif mahasiswa, mengetahui kecerdasan intelektual mahasiswa,
memahami motivasi belajar mahasiswa, serta adakah pengaruhnya antara proses
belajar efektif dengan kecerdasan intelektual dan motivasi belajar pada mahasiswa
di Mahad Ali bin Abi Thalib Yogyakarta.
Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif (deskriptif). Adapun subjek penelitian adalah enam (6)
mahasiswa. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara reduksi, penyajian, penarikan,
kredibilitas data.
Hasil dari pada penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) proses belajar
efektif mahasiswa adalah dalam kegiatan pembelajarannya bahwa aspek presensi
dan mengerjakan tugas dinilai baik, di lihat dari berdiskusi dan menanyakan
kepada teman untuk mengulang materi maupun belajar bersama. Wadah dan
organisasi belajar menggunakan kurikulum Silsilah Lughotul Arabiyyah. Serta
para guru sudah memberikan motivasi belajar dan membantu dalam pemahaman
materi. Kemudian faktor pendukung datang dari diri sendiri karena minat dalam
belajar bahasa Arab. 2) kecerdasan intelektual mahasiswa diperoleh dengan
mengulang kembali materi pelajaran, mendengarkan penjelasan guru, dan
bertanya kepada teman dan guru. 3) motivasi belajar mahasiswa adalah adanya
dorongan dalam diri mempelajari bahasa Arab dan studi Islam, bisa berbahasa
Arab aktif maupun pasif, serta karena bahasa Arab adalah ilmu untuk mempelajari
al-qur’an. 4) selanjutnya pengaruh proses belajar efektif dilihat dari pada
mahasiswa sendiri, apakah dia lulusan dari pondok ataukah sudah pernah
mempelajari bahasa arab sebelumnya. Karena kendala yang sering didapat oleh
mahasiswa adalah penguasaan bahasa Arab secara mendasar.
PROSES BELAJAR EFEKTIF DALAM MEMBENTUK KECERDASAN INTELEKTUAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA MAHAD ALI BIN ABI THALIB YOGYAKARTA
2020-06-20T00:00:00Z