Show simple item record

dc.contributor.advisorSUSWANTA, SUSWANTA
dc.contributor.authorAMRY, MAHDY MUHAJIR
dc.date.accessioned2017-06-13T06:59:27Z
dc.date.available2017-06-13T06:59:27Z
dc.date.issued2017-05-09
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10940
dc.description.abstractKeterlibatan kiai dalam politik baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan deligitimasi atas peran kiai dan pesantren sebagai penjaga moral serta pendidik agama dan sosial. Faktanya, saat ini keterlibatan kiai dalam politik mengalami eskalasi sehingga muncul kekhawatiran akan terjadinya politik transaksional di pesantren. Maka kajian mengenai perilaku politik kiai cukup penting untuk dilakukan. Dalam penelitian ini kajian mengenai perilaku politik kiai dilakukan di Pondok Pesantren Al-Munawwir pada Pilkada Kabupaten Bantul tahun 2015. Pesantren Al-Munawwir dianggap representatif karena merupakan pesantren yang cukup berpengaruh di Kabupaten Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik kiai di pesantren Al-Munawwir dalam Pilkada Kabupaten Bantul tahun 2015. Teori yang digunakan sebagai operasional adalah teori kesamaan identitas yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti mengenai tujuh faktor yang mempengaruhi perilaku politik yaitu primordial, sakral, personal, sejarah, Bhinneka Tunggal Ika, ekonomi dan kelembagaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara langsung dengan narasumber serta dokumentasi yang terkait dan mendukung penelitian. Berdasarkan penelitian terdapat temuan bahwa terjadi hubungan primordial berdasarkan patron klien (kiai dan santri) antara pesantren Al-Munawwir dengan Abdul Halim Muslih (Wabup terpilih). Faktor yang paling dominan diantara tujuh faktor itu adalah faktor identitas sakral dan identitas kelembagaan. Faktor sakral itu didasakan atas adanya kesamaan pemahaman nilai-nilai agama antara kandidat politik dengan kiai sehingga menimbulkan satu ikatan emosional tertentu. Secara spesifik kiai di Al-Munawwir akan bersimpatik dengan kandidat politik yang dekat dengan dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU). Simpati tersebut diberikan kepada kandidat yang pemahaman dan pandangan keagamaannya sejalan dengan pesantren baik dalam segi ibadah (hubungan Ketuhanan) dan muamalah (hubungan kemanusiaan). Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku politik kiai Pondok Pesantren Al-Munawwir adalah identitas kelembagaan. Secara kelembagaan, sejak lama pesantren ini dikenal memiliki kedekatan dengan salah satu partai politik berlandaskan Islam yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sejarah ini dimulai dengan terlibatnya salah satu pimpinan pesantren saat itu dalam perintisan berdirinya partai tersebut serta terlibat secara langsung dalam kontestasi politik di legislatif. Pilkada Bantul tahun 2015 yang lalu pun dimenangkan oleh pasangan calon yang diusung oleh PKB. Mengacu pada temuan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa diantara tujuh faktor kesamaan identitas yaitu primordial, sakral, personal, sejarah, Bhinneka Tunggal Ika, ekonomi dan kelembagaan terdapat dua faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi perilaku politik kiai di Pesantren Al-Munawwir yaitu faktor sakral dan kelembagaan. Dua faktor tersebut yang menjadi faktor pertimbangan sikap politik kiai Al-Munawwir, meskipun terdapat faktor-faktor lain yang turut diperhatikan. Namun dua faktor tersebutlah yang paling dominan dalam studi kasus penelitian perilaku politik kiai Al-Munawwir ini.en_US
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.titlePERILAKU POLITIK KIAI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAHen_US
dc.title.alternative(STUDI KASUS KIAI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015)en_US
dc.typeThesis SKR FISIP 301en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record