Show simple item record

dc.contributor.advisorCAROKO, NOVI
dc.contributor.advisorWAHYUDI
dc.contributor.authorRACHMAN, RIZKY
dc.date.accessioned2017-06-16T02:40:41Z
dc.date.available2017-06-16T02:40:41Z
dc.date.issued2017-05-24
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11109
dc.description.abstractBiogas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik umumnya terdiri dari gas metana (CH4) 54,77% volume, karbondioksida (CO2,) 41,96%, dan sisanya gas pengotor seperti hidrogen sulfida (H2S) dan air (H2O). Gas pengotor tersebut harus dihilangkan agar komposisi biogas terdiri dari gas CH4 murni. Kandungan H2O sangat dihindari karena dapat menurunkan titik nyala biogas dan memiliki sifat unflammable sehingga dapat menghambat pada saat pembakaran biogas, oleh karena itu diperlukan proses pemurnian. Metode pemurnian dapat dilakukan dengan cara metode kondensasi dimana uap air dalam biogas dapat dipisahkan dengan perlakuan pendinginan. Proses kondensasi terjadi ketika uap air mengembun pada suhu titik embunnya. Proses pengembunan didesain akan terjadi pada pipa heat exchanger dengan tipe spring yang ada dalam bak penampung dengan temperatur yang bervariasi yaitu perlakuan pendinginan dengan air+es (pada suhu 110C), pendinginan dengan air (pada suhu 290C), dan tanpa pendinginan (pada suhu 320C). Hasil perancangan menunjukan alat penukar kalor dapat dibuat dari pipa tembaga berdiameter 2 mm dan panjang 6000 mm sebagai heat exchanger. Hasil penelitian menunjukkan alat pemurni biogas dengan metode pengembunan (kondensasi) dapat mengembunkan uap air (H2O). Produksi uap air (H2O) paling tinggi didapat pada perlakuan pendinginan dengan air+es (pada suhu 110C) yaitu 1,9 ml/m3, disusul pendinginan dengan air (pada suhu 290C) sebesar 0,925 ml/m3, dan tanpa pendinginan (pada suhu 320C) 0,1813 ml/m3.en_US
dc.description.sponsorshipBiogas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik umumnya terdiri dari gas metana (CH4) 54,77% volume, karbondioksida (CO2,) 41,96%, dan sisanya gas pengotor seperti hidrogen sulfida (H2S) dan air (H2O). Gas pengotor tersebut harus dihilangkan agar komposisi biogas terdiri dari gas CH4 murni. Kandungan H2O sangat dihindari karena dapat menurunkan titik nyala biogas dan memiliki sifat unflammable sehingga dapat menghambat pada saat pembakaran biogas, oleh karena itu diperlukan proses pemurnian. Metode pemurnian dapat dilakukan dengan cara metode kondensasi dimana uap air dalam biogas dapat dipisahkan dengan perlakuan pendinginan. Proses kondensasi terjadi ketika uap air mengembun pada suhu titik embunnya. Proses pengembunan didesain akan terjadi pada pipa heat exchanger dengan tipe spring yang ada dalam bak penampung dengan temperatur yang bervariasi yaitu perlakuan pendinginan dengan air+es (pada suhu 110C), pendinginan dengan air (pada suhu 290C), dan tanpa pendinginan (pada suhu 320C). Hasil perancangan menunjukan alat penukar kalor dapat dibuat dari pipa tembaga berdiameter 2 mm dan panjang 6000 mm sebagai heat exchanger. Hasil penelitian menunjukkan alat pemurni biogas dengan metode pengembunan (kondensasi) dapat mengembunkan uap air (H2O). Produksi uap air (H2O) paling tinggi didapat pada perlakuan pendinginan dengan air+es (pada suhu 110C) yaitu 1,9 ml/m3, disusul pendinginan dengan air (pada suhu 290C) sebesar 0,925 ml/m3, dan tanpa pendinginan (pada suhu 320C) 0,1813 ml/m3.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectBIOGASen_US
dc.subjectH20en_US
dc.subjectHEAT EXCHANGERen_US
dc.subjectKONDENSASIen_US
dc.titlePERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)en_US
dc.typeThesis SKR 053en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record