Show simple item record

dc.contributor.authorRIYANTO, SUGENG
dc.contributor.authorULFAH, ZHIVANA ASTRI
dc.date.accessioned2017-08-30T08:15:07Z
dc.date.available2017-08-30T08:15:07Z
dc.date.issued2017-01-15
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/13978
dc.descriptionSingapura telah mendapatkan kemerdekaannya semenjak 1965 dari Malaysia. Meskipun berdiri sebagai Negara kota, Singapura mampu membangun ekonomi secara pesat dan menata system pemerintahan yang secara politik sangat stabil untuk ukuran Asia Tenggara. Dengan kata lain, Singapura berhasil melakukan state building dengan baik. Pada sisi yang lain, upaya untuk membentuk identitas kebangsaannya tak semulus state building. Faktanya, hingga saat ini belumlah terbentuk satu entitas bangsa yang bernama “Singapura”. Setidaknya ini diakui oleh beberapa pemimpin Singapura, bahwa Singapuran bahkan belum berbicara pada satu bahasa yang sama. Keberagaman etnis dan proses sejarah di Singapura-lah yang menyebabkan Singapura tidak mudah menentukan identitas nasionalnya. Singapura terdiri dari tiga etnis utama, Tiongkok, India dan Melayu. Etnis Tiongkok umumnya beragama Buda dan Kristen, India beragama Hindu, dan Melayu beragama Islam. Dari Proses sejarah, sesungguhnya Tanah Singapura pertamakali dihuni oleh orang Melayu. Dua etnis yang lain menyusul belakangan. Namun demikian Etnis Melayu dikemudian hari menjadi kelompok minoritas dengan komposisi 14%. Pada sisi yang lain, banyak anggapan minor terhadap entis Melayu di Singapura. Ia dianggap etnis yang agak terbelakang dan kesetiaan terhadap Pemerintah dinilai doubtful. Maka, penelitian kecil ini ingin mengupas bagaimana stigma Muslim Melayu di Singapura.en_US
dc.description.abstractSingapura telah mendapatkan kemerdekaannya semenjak 1965 dari Malaysia. Meskipun berdiri sebagai Negara kota, Singapura mampu membangun ekonomi secara pesat dan menata system pemerintahan yang secara politik sangat stabil untuk ukuran Asia Tenggara. Dengan kata lain, Singapura berhasil melakukan state building dengan baik. Pada sisi yang lain, upaya untuk membentuk identitas kebangsaannya tak semulus state building. Faktanya, hingga saat ini belumlah terbentuk satu entitas bangsa yang bernama “Singapura”. Setidaknya ini diakui oleh beberapa pemimpin Singapura, bahwa Singapuran bahkan belum berbicara pada satu bahasa yang sama. Keberagaman etnis dan proses sejarah di Singapura-lah yang menyebabkan Singapura tidak mudah menentukan identitas nasionalnya. Singapura terdiri dari tiga etnis utama, Tiongkok, India dan Melayu. Etnis Tiongkok umumnya beragama Buda dan Kristen, India beragama Hindu, dan Melayu beragama Islam. Dari Proses sejarah, sesungguhnya Tanah Singapura pertamakali dihuni oleh orang Melayu. Dua etnis yang lain menyusul belakangan. Namun demikian Etnis Melayu dikemudian hari menjadi kelompok minoritas dengan komposisi 14%. Pada sisi yang lain, banyak anggapan minor terhadap entis Melayu di Singapura. Ia dianggap etnis yang agak terbelakang dan kesetiaan terhadap Pemerintah dinilai doubtful. Maka, penelitian kecil ini ingin mengupas bagaimana stigma Muslim Melayu di Singapura.en_US
dc.description.sponsorshipUniversitas Muhammadiyah Yogyakartaen_US
dc.publisherUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectPEMBANGUNAN KEBANGSAANen_US
dc.subjectSTIGMAen_US
dc.titleMEMOTRET STIGMA MUSLIM MELAYU DI SINGAPURAen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • JURNAL
    Berisi tulisan dosen dalam yang telah dimuat dalam jurnal nasional maupun internasional yang tidak diterbitkan oleh UMY. Diharapkan menambahkan link dari jurnal yang asli dalam diskripsinya.maupun internasional

Show simple item record