Show simple item record

dc.contributor.advisorMUSLIKHATI, SITI
dc.contributor.authorRAHMADHANI, MOHAMMAD.
dc.date.accessioned2017-09-02T04:26:47Z
dc.date.available2017-09-02T04:26:47Z
dc.date.issued2017-08-30
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/14330
dc.description.abstractRusia dan Asia Tengah memiliki sejarah yang sama, sama-sama mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1998 setelah runtuhnya Uni-Soviet. Rusia sebagai pewaris tunggal Uni Soviet, semenjak runtuhnya Uni Soviet dipertandai oleh berbagai permasalahan internal baik itu permasalahan ekonomi, politik dan keamanan. Faktor-faktor yang mendasari itu semua bukan karena gagalnya ideologi Sosialis-Komunisme ideologi yang sempat diagung-agungkan oleh Karl Marx dan Lenin dan seluruh masyarakat Uni-Soviet mencapai revolusi menuju negara proletariat dictator. Warisan tunggal yang diterima oleh Rusia adalah karakter rakyat yang national consciounsness atau kesadaran nasional yang tinggi. Menurut Putin selaku Presiden Rusia melakukan restorasi patriotisme dan nilai-nilai tradisi dalam visi dan pragmatisme menjadi instrumen penting untuk mewujudkan misinya yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Rusia terpuruk pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1998. Putin diabsahkan oleh rakyat Rusia untuk menjabat sebagai Presiden pride 2000-2008 menggantikan Boris Yeltsin yang telah dianggap gagal mengembalikan kejayaan Rusia, Salah satu dari kebijakan pragmatisme-nya ia mampu membawa negaranya bersifat non-ideologis dan bahkan ia dianggap berwajah ganda.Termasuk tanggapan dari negara-negara Kawasan Asia Tengah memiliki kepentingan khusus dengan Rusia, selain karena factor historis dan kultural, tetapi juga karena kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan. Rusia memandang Kawasan Asia Tengah sebagai bargaining position, suatu wilayah yang memilki nilai-nilai ekonomis dan politik, untuk menjaga kepentingannya Rusia membentuk negara-negara persemakmuran salah satu organisasi sebagai kendaraan politik Rusia, yaitu Commopnwealth of Independent State (CIS) terbentuk pada tahun 21 Desember 1991, selama perjalanannya CIS sempat mengalami kemunduran kemudian dibangkitkan kembali oleh Putin menggunakan pendekatan leadership strategy untuk mengorganisir Kawasan tersebut, melakukan pendekatan persuasif ke seluuruh negara-negara aggota Asia Tengah. Langkah-langkah Putin dianggap langkah paling efektif untuk mendominasi konstelasi politik di Kawasan tersebut.en_US
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.subjectRusia dan Kawasan Asia Tengah dalam organisasi Commonwealth of Independent State (CIS), strategi Putin menjaga kawasan tersebuten_US
dc.titleSTRATEGI RUSIA MENJAGA KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGAH DI BAWAH KEPEMIMPINAN PUTINen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record