Show simple item record

dc.contributor.authorEFENDI, DAVID
dc.date.accessioned2017-09-20T07:09:52Z
dc.date.available2017-09-20T07:09:52Z
dc.date.issued2015-06
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/14806
dc.descriptionGagasan untuk menyelenggarakan penelitian survei ini muncul sejak beberapa tahun silam seiring dengan semakin berkembangnya Lazismu sebagai amil zakat di pentas nasional. Sebagai sebuah lembaga amil zakat nasional yang sudah berdiri lebih dari satu dasawarsa, yaitu sejak tahun 2002, Lazismu telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, setidaknya bila ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek jejaring kelembagaan dan aspek model manajemen pengelolaan. Saat ini jejaring kelembagaan Muhammadiyah sudah mulai meluas. Lazismu yang awalnya didirikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menggali potensi filantropi di tingkat nasional, kini memiliki jejaring yang luas di berbagai daerah. Pengurus Lazismu di tingkat pusat secara bertahap mampu meyakinkan kader-kader Muhammadiyah di pelbagai daerah bahwa memiliki jejaring yang kuat adalah penting. Oleh karena itu, dalam satu 10 tahun terakhir ini berdiri jejaring Lazismu di tingkat daerah maupun cabang. Lembaga-lembaga pengelola dana zakat, infak dan sedekah di Muhammadiyah yang sebelumnya menggunakan pelbagai macam nama lembaga, kini mulai mengkonversi nama lembaga tersebut menjadi Lazismu. Tentu saja, itu butuh waktu dan proses yang tidak singkat dan butuh waktu, apalagi tidak semua pimpinan di wilayah/daerah/cabang punya persepsi yang sama tentang pentingnya kesamaan numenklatur yang digunakan oleh lembaga. Bahkan, bila dilihat dari jejariang yang dimiliki Lazismu saat ini, nampak bahwa belum semua pimpinan Muhammadiyah di tingkat daerah atau cabang daerah memiliki lembaga khusus bernama Lazismu ataupun lembaga amil zakat yang dapat bersinergi langsung dengan Lazismu. Model manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah Muhammadiyah yang dipelopori Lazismu juga telah mewarnai jakat raya filantropi dalam tubuh Muhammadiyah. Lazismu menjadi lembaga ‘alternatif’ bagi warga Muhammadiyah dalam menyalurkan dana sosial mereka berupa zakat, infak dan sedekah. Saya menyebutnya sebagai lembaga ‘alternatif’ karena memang belum semua warga Muhammadiyah menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah mereka kepada Lazismu. Model penggalangan dana yang dilakukan oleh Lazismu juga saat ini sudah berkembang dengan memanfaatkan media massa, jejaring media sosial, media elektronika dan lan-lain. Karena itu, pertumbuhan Lazismu dari segi kelembagaan maupun dari penggalangan dananya semakin meningkat dari tahun ketahun. Lazismu juga tampil sebagai organisasi yang mampu membangun sinergi dengan lembaga-lembaga lainnya dalam Muhammadiyah yang memiliki program-program khusus yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pendampingan kelompok miskin, dan bantuan korban bencana. Meski demikian, evaluasi terhadap kinerja Lazismu terus dilakukan secara berkala melalui mekanisme forum yang telah ada saat ini, baik melalui kordinasi di tingkat nasional maupun regional. Tentu ada banyak catatan yang dimunculkan yang disampaikan oleh para pegiat Lazismu maupun stakeholders-nya, yang terkait beberapa hal, seperti akuntabilitas, profesionalisme, sosialisasi, penggunaan media, fasilitas kantor, kebijakan pendukung dari pimpinan 3 Muhammadiyah, dukungan warga dan sebagainya. Oleh karena itu, survei ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat kinerja Lazismu, secara khusus, dan gerakan filantropi Muhammadiyah secara umum. Harapannya adalah, hasil survei ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi pimpinan Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam mendesign dan memproyeksikan kebijakan filantropi Muhammadiyah, sebagai bahan bagi warga Muhammadiyah untuk memformulasikan bentuk dukungan terhadap Lazismu, dan sebagai cermin bagi pegiat Lazismu serta jejaring yang dimiliknya untuk meningkatkan kinerja mereka di masa yang akan datang. Kami dari tim peneliti berterimakasih atas kepercayaan dan dukungan dari pembagai pihak, khususnya Lazismu Pusat, Program Studi Muamalah-Ekonomi dan Perbankan Islam (EPI) Fakultas Agama Islam UMY dan Lembaga penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY atas dukungan material dan non materialnya. Survei ini tidak bisa terwujud tanpa ada dukungan penuh dari ketiga lembaga di atas dan dari tim peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk itu Saya mengucapkan terimakasih untuk anggota tim yang dibentuk untuk penelitian ini yaitu saudara Isnaini Muallidin, David Effendi, Muhammad Rudi Nugroho, Syarif As’ad, dan Mukhlis Rahmanto. Peran dari para surveyor di 11 kota tentunya menjadi sangat penting untuk keberhasilan penelitian ini. Karena ini Saya mengucapkan terimakasih sedalam- dalamnya atas dedikasi dan kerja keras mereka. Begitu pula kepada sleuruh responden yang terdiri dari warga, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan lembaga dan pimpinan AUM atas kesediaan mereka meluangkan waktu untuk menerima tim surveyor. Tak lupa, saya ucapkan terimakasih kepada saudara Listiono yang secara telaten membantu day to day dan step by step mengkordinasikan penelitian ini. Mudah-mudah hal itu semua menjadi amal jariyah dan mendapatkan ganjaran yang baik di sisi-Nya serta memberikan manfaat bagi Muhammadiyah sebagai organisasi maupun masyarakat umum. Tentu masih terdapat banyak kekurangan dari penelitian survei ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun akan selalu terbuka bagi para pembaca untuk perbaikan survei ini, dan Saya sebagai ketua tim maupun sebagai kepala LP3M yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan hasil penelitin ini.en_US
dc.description.abstractGagasan untuk menyelenggarakan penelitian survei ini muncul sejak beberapa tahun silam seiring dengan semakin berkembangnya Lazismu sebagai amil zakat di pentas nasional. Sebagai sebuah lembaga amil zakat nasional yang sudah berdiri lebih dari satu dasawarsa, yaitu sejak tahun 2002, Lazismu telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, setidaknya bila ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek jejaring kelembagaan dan aspek model manajemen pengelolaan. Saat ini jejaring kelembagaan Muhammadiyah sudah mulai meluas. Lazismu yang awalnya didirikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menggali potensi filantropi di tingkat nasional, kini memiliki jejaring yang luas di berbagai daerah. Pengurus Lazismu di tingkat pusat secara bertahap mampu meyakinkan kader-kader Muhammadiyah di pelbagai daerah bahwa memiliki jejaring yang kuat adalah penting. Oleh karena itu, dalam satu 10 tahun terakhir ini berdiri jejaring Lazismu di tingkat daerah maupun cabang. Lembaga-lembaga pengelola dana zakat, infak dan sedekah di Muhammadiyah yang sebelumnya menggunakan pelbagai macam nama lembaga, kini mulai mengkonversi nama lembaga tersebut menjadi Lazismu. Tentu saja, itu butuh waktu dan proses yang tidak singkat dan butuh waktu, apalagi tidak semua pimpinan di wilayah/daerah/cabang punya persepsi yang sama tentang pentingnya kesamaan numenklatur yang digunakan oleh lembaga. Bahkan, bila dilihat dari jejariang yang dimiliki Lazismu saat ini, nampak bahwa belum semua pimpinan Muhammadiyah di tingkat daerah atau cabang daerah memiliki lembaga khusus bernama Lazismu ataupun lembaga amil zakat yang dapat bersinergi langsung dengan Lazismu. Model manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah Muhammadiyah yang dipelopori Lazismu juga telah mewarnai jakat raya filantropi dalam tubuh Muhammadiyah. Lazismu menjadi lembaga ‘alternatif’ bagi warga Muhammadiyah dalam menyalurkan dana sosial mereka berupa zakat, infak dan sedekah. Saya menyebutnya sebagai lembaga ‘alternatif’ karena memang belum semua warga Muhammadiyah menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah mereka kepada Lazismu. Model penggalangan dana yang dilakukan oleh Lazismu juga saat ini sudah berkembang dengan memanfaatkan media massa, jejaring media sosial, media elektronika dan lan-lain. Karena itu, pertumbuhan Lazismu dari segi kelembagaan maupun dari penggalangan dananya semakin meningkat dari tahun ketahun. Lazismu juga tampil sebagai organisasi yang mampu membangun sinergi dengan lembaga-lembaga lainnya dalam Muhammadiyah yang memiliki program-program khusus yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pendampingan kelompok miskin, dan bantuan korban bencana. Meski demikian, evaluasi terhadap kinerja Lazismu terus dilakukan secara berkala melalui mekanisme forum yang telah ada saat ini, baik melalui kordinasi di tingkat nasional maupun regional. Tentu ada banyak catatan yang dimunculkan yang disampaikan oleh para pegiat Lazismu maupun stakeholders-nya, yang terkait beberapa hal, seperti akuntabilitas, profesionalisme, sosialisasi, penggunaan media, fasilitas kantor, kebijakan pendukung dari pimpinan 3 Muhammadiyah, dukungan warga dan sebagainya. Oleh karena itu, survei ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat kinerja Lazismu, secara khusus, dan gerakan filantropi Muhammadiyah secara umum. Harapannya adalah, hasil survei ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi pimpinan Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam mendesign dan memproyeksikan kebijakan filantropi Muhammadiyah, sebagai bahan bagi warga Muhammadiyah untuk memformulasikan bentuk dukungan terhadap Lazismu, dan sebagai cermin bagi pegiat Lazismu serta jejaring yang dimiliknya untuk meningkatkan kinerja mereka di masa yang akan datang. Kami dari tim peneliti berterimakasih atas kepercayaan dan dukungan dari pembagai pihak, khususnya Lazismu Pusat, Program Studi Muamalah-Ekonomi dan Perbankan Islam (EPI) Fakultas Agama Islam UMY dan Lembaga penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY atas dukungan material dan non materialnya. Survei ini tidak bisa terwujud tanpa ada dukungan penuh dari ketiga lembaga di atas dan dari tim peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk itu Saya mengucapkan terimakasih untuk anggota tim yang dibentuk untuk penelitian ini yaitu saudara Isnaini Muallidin, David Effendi, Muhammad Rudi Nugroho, Syarif As’ad, dan Mukhlis Rahmanto. Peran dari para surveyor di 11 kota tentunya menjadi sangat penting untuk keberhasilan penelitian ini. Karena ini Saya mengucapkan terimakasih sedalam- dalamnya atas dedikasi dan kerja keras mereka. Begitu pula kepada sleuruh responden yang terdiri dari warga, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan lembaga dan pimpinan AUM atas kesediaan mereka meluangkan waktu untuk menerima tim surveyor. Tak lupa, saya ucapkan terimakasih kepada saudara Listiono yang secara telaten membantu day to day dan step by step mengkordinasikan penelitian ini. Mudah-mudah hal itu semua menjadi amal jariyah dan mendapatkan ganjaran yang baik di sisi-Nya serta memberikan manfaat bagi Muhammadiyah sebagai organisasi maupun masyarakat umum. Tentu masih terdapat banyak kekurangan dari penelitian survei ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun akan selalu terbuka bagi para pembaca untuk perbaikan survei ini, dan Saya sebagai ketua tim maupun sebagai kepala LP3M yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan hasil penelitin ini.en_US
dc.titlePERILAKU DAN POTENSI FILANTROPI WARGA MUHAMMADIYAHen_US
dc.typeTechnical Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record