Show simple item record

dc.contributor.authorSUCIATI, SUCIATI
dc.contributor.authorSOFYAN, NUR
dc.date.accessioned2017-09-20T14:22:29Z
dc.date.available2017-09-20T14:22:29Z
dc.date.issued2017-08-24
dc.identifier.isbn978-602-6751-77-5
dc.identifier.isbn978-602-6751-77-5
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/14878
dc.description.abstractDi Indonesia masih banyak terjadi pernikahan usia remaja dan anak. Mereka menikah pada usia di bawah 18 tahun. Terdapat 38 % remaja perempuan yang menikah di bawah umur, sedangkan laki-laki yang menikah di bawah umur hanya 3,7 %. Adapun faktor yang menyebabkan pernikahan dini antara lain disebabkan oleh kuatnya tradisi dan cara pandang masyarakat pedesaan. Dalam hal ini, orang tua banyak mendorong anak gadis mereka untuk menikah dalam usia muda bahkan anak (12-14 tahun). Beberapa hasil penelitian lain juga menyimpulkan bahwa penyebab pernikahan dini adalah rendahnya akses pendidkan, kesempatan di bidang ekonomi, kualitas layanan dan pendidikan, kesempatan di bidang ekonomi, serta kualitas layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi, terutama untuk anak perempuan. Penelitian ini mengambil lokasi di kabupaten Bantul, Yogyakarta mengingat terdapat penambahan jumlah pasangan pernikahan dini yang sangat signifikan pada tahun 2008-2011, meskipun tahun 2009 mengalami penurunan. Meskipun wilayah ini terdapat kasus NTCR (Nikah Talak Cerai dan Rujuk) yang paling rendah di Yogyakarta, namun jumlah pasangan pernikahan dini mencapai urutan tertinggi di Yogyakarta bahkan melebihi kota-kota besar lainnya seperti Jakarta dan Makasar. Salah satu kategori terbanyak dari kasus ini adalah mereka yang hamil di luar nikah. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dengan 3 pasang informan yang memiliki variasi dalam hal usia, pendidikan, pekerjaan dan sebab pernikahan dini yang mereka lakukan. Hasil penelitian ditemukan bahwa sebab-sebab terjadinya pernikahan dini dibedakan menjadi 2 kondisi yaitu atas dasar perjodohan dan atas dasar hamil di luar nikah. Faktor budaya Jawa ternyata ikut berpengaruh terhadap tipe penyelesaian konflikinforman yang diteliti. Mereka berupaya mempertahankan hubungan suami istri meski sering terlibat konflik. Dalam hal sumber konflik ada persamaan dari 3 pasang informan, yaitu pemenuhan kebutuhan ekonomi, faktor cemburu, dan egoisme yang relatif tinggi. Dalam penyelesaian konflik, pada awalnya informan menggunakan tipe menghindar dan menang-kalah, tetapi pada akhirnya tipe menang-menang. Konflik juga berdampak positif dalam perkembangan hubungan mereka, yaitu hubungan semakin membaik pasca konflik dan tidak berujung pada perceraian.en_US
dc.description.sponsorshipProdi ilmu Komunikasi UMYen_US
dc.publisherAPIK-PTMen_US
dc.subjectpernikahan dini, penyelesaian konflik, faktor budaya, pendidikan, perjodohanen_US
dc.titlePENYELESAIAN KONFLIK INTERPERSONAL PASANGAN PERNIKAHAN DINI: STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTAen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • CONFERENCE
    Berisi artikel ilmiah (bukan sertifikat) yang ditulis oleh dosen pada acara konferensi baik lokal, nasional maupun internasional dengan penyelenggara dari luar UMY, baik sebagai peserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record