Show simple item record

dc.contributor.advisorSUKMONO, FILOSA GITA
dc.contributor.authorLUBIS, MUHAMMAD HEZENI
dc.date.accessioned2017-10-07T02:42:46Z
dc.date.available2017-10-07T02:42:46Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/15464
dc.descriptionDiskriminasi antar pemeluk agama sampai saat ini masih menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas, hal ini lah yang seringkali menimbulkan klaim superior terhadap agama atau kelompok yang mendominasi pada negara atau wilayah tertentu. Isu-isu sosial seperti ini lah yang memancing media untuk turut mensosialisasikan kepada khalayak luas. Seperti halnya film yang merepresentasikan gagasan dan realitas tertentu kedalam sebuah unsur audio visual, sehingga film dianggap lebih efektif untuk menyampaikan sebuah makna karena dinilai lebih lengkap dengan menggunakan ilustrasi visual dan audio. Film Fitna karya Geert Wilders seorang anggota parlemen Belada menjadi salah satu film yang memunculkan sikap diskriminasi terhadap Islam. Wilders dalam filmnya mencoba menyampaikan agama Islam yang telah kehilangan pandangannya terhadap umat lain karena ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an, sehingga Wilders mengajak masyarakat dunia untuk menghentikan pertumbuhan Islam. Pada awal kemunculannya film ini cukup menggemparkan masyarakat beragama khususnya Islam, film ini mendapat banyak tanggapan karena telah melecehkan dan menghina umat Muslim. Dalam mengkaji unsur diskriminasi yang terdapat di dalam film Fitna peneliti menggunakan teori reception analysis model Stuart Hall encodingdecoding sebagai pisau penelitian. Model ini memfokuskan perhatian kepada decoding atau proses pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak. Dalam penelitian ini peneliti memilih Mahasiswa Teologi dan Paguyuban FilmMaker sebagai informan, pemilihan informan ini bertujuan mengetahui pemaknaan dari informan yang memiliki latar belakang pendidikan tentang agama dan informan yang memiliki latar belakang sebagai pembuat film. Hasil akhir dari metode ini adalah melihat seimetris dan ansimetris antara komunikator kepada komunikan, dan digolongkan menjadi tiga posisi hipotekal yaitu, Dominant Hegemonic, Negotiate position,Oppositional position. Pemaknaan yang dilakukan oleh informan juga sangat dipengaruhi oleh faktor kontekstual yang meliputi agama, latar belakang keluarga, pendidikan, dan pengalaman dan faktor kontekstual lainnya.en_US
dc.description.abstractDiskriminasi antar pemeluk agama sampai saat ini masih menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas, hal ini lah yang seringkali menimbulkan klaim superior terhadap agama atau kelompok yang mendominasi pada negara atau wilayah tertentu. Isu-isu sosial seperti ini lah yang memancing media untuk turut mensosialisasikan kepada khalayak luas. Seperti halnya film yang merepresentasikan gagasan dan realitas tertentu kedalam sebuah unsur audio visual, sehingga film dianggap lebih efektif untuk menyampaikan sebuah makna karena dinilai lebih lengkap dengan menggunakan ilustrasi visual dan audio. Film Fitna karya Geert Wilders seorang anggota parlemen Belada menjadi salah satu film yang memunculkan sikap diskriminasi terhadap Islam. Wilders dalam filmnya mencoba menyampaikan agama Islam yang telah kehilangan pandangannya terhadap umat lain karena ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an, sehingga Wilders mengajak masyarakat dunia untuk menghentikan pertumbuhan Islam. Pada awal kemunculannya film ini cukup menggemparkan masyarakat beragama khususnya Islam, film ini mendapat banyak tanggapan karena telah melecehkan dan menghina umat Muslim. Dalam mengkaji unsur diskriminasi yang terdapat di dalam film Fitna peneliti menggunakan teori reception analysis model Stuart Hall encodingdecoding sebagai pisau penelitian. Model ini memfokuskan perhatian kepada decoding atau proses pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak. Dalam penelitian ini peneliti memilih Mahasiswa Teologi dan Paguyuban FilmMaker sebagai informan, pemilihan informan ini bertujuan mengetahui pemaknaan dari informan yang memiliki latar belakang pendidikan tentang agama dan informan yang memiliki latar belakang sebagai pembuat film. Hasil akhir dari metode ini adalah melihat seimetris dan ansimetris antara komunikator kepada komunikan, dan digolongkan menjadi tiga posisi hipotekal yaitu, Dominant Hegemonic, Negotiate position,Oppositional position. Pemaknaan yang dilakukan oleh informan juga sangat dipengaruhi oleh faktor kontekstual yang meliputi agama, latar belakang keluarga, pendidikan, dan pengalaman dan faktor kontekstual lainnya.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFISIPOL UMYen_US
dc.subjectDiskriminasi Islam, Penerimaan Penonton, Film Fitnaen_US
dc.titlePENERIMAAN PENONTON TENTANG DISKRIMINASI ISLAM DALAM FILM “FITNA” KARYA GEERT WILDERS (STUDI PADA MAHASISWA TEOLOGI SE-YOGYAKARTA DAN PAGUYUBAN FILMMAKER JOGJA)en_US
dc.typeThesis SKR FISIP 484en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record