dc.description.abstract | Persoalan pluralisme agama masih menuai pro dan kontra oleh masyarakat. Banyak dari kita yang menerima, tetapi juga banyak yang menolak. Bahkan ada juga yang memilih jalan tengah, tidak ke kiri dan tidak ke kanan. Bagi masyarakat yang belum bisa memelihara keberagaman dengan benar, dengan demikian muncul berbagai konflik. Sebaliknya, bagi yang memiliki rasa toleransi antar sesama, mereka akan merasakan kedamaian dan kerukunan di balik perbedaan itu sendiri. Perbedaan tidak selamanya buruk, dan bukankah dalam ajaran masing-masing agama, kita diperintahkan untuk saling menghargai?
Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba melihat bagaimana respon dari dua kelompok Islam yang saling bertentangan. Dua kelompok yang menjadi obyek penelitan ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Nadhlatul Ulama. Respon dua kelompok itu diamati dari kumpulan tulisan yang diproduksi oleh mereka melalui media online. Dari masing-masing media online, kita dapat menemui suatu gagasan sesuai perspektif dan ideologi keduanya.
Media massa berperan penting dalam membentuk perilaku masyarakat. Media mampu menggiring opini publik melalui penyebaran informasi yang membawa arah perubahan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wacana pluralisme agama dalam pemberitaan media online HTI dan NU dan memerikan deskripsi perbandingan pemberitaan pluralisme agama pada kedua media tersebut. Penelitian ini menggunakan model analisis wacana kritis oleh Teun A. Van Dijk. Wacana yang dianalisis oleh peneliti dilihat dari masing-masing tiga tulisan dari dua kelompok, yaitu HTI dan NU. Pada level analisis data Teun A. Van Dijk dibagi menjadi tiga elemen, yaitu analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis konteks sosial. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Kognisi sosial, melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan konteks sosial yaitu meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonsruksi dalam masyarakat.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukkan bahwa HTI menggambarkan isu pluralisme agama cenderung literalis, sedangkan NU lebih condong pada garis tengah atau moderat. Dapat dikatakan bahwa media online NU sensitif terhadap isu-isu pluralisme agama, tidak demikian dengan HTI. | en_US |