Show simple item record

dc.contributor.advisorDARUMURTI, AWANG
dc.contributor.authorAFFANDIE, RIEZKY MAULANA AFFANDIE
dc.date.accessioned2018-01-19T07:00:39Z
dc.date.available2018-01-19T07:00:39Z
dc.date.issued2017-12-19
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17041
dc.descriptionTahun 1995/1996 Departemen Sosial (DEPSOS) dan UNDP melakukan profil anak jalanan di kota Jakarta dan Surabaya. Hasilnya dikembangkan 3 model uji coba penanganan anak jalanan yaitu Open House (Rumah Terbuka), Mobil Unit (mobil keliling/mobil sahabat anak), Boarding House (Panti Persinggahan). Ketiga model tersebut diujicobakan di tujuh Provinsi yaitu DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan, dan Ujung Pandang selama 3 tahun. Uji coba di Yogyakarta di mulai pada tanggal 8 April dengan didirikannya Rumah Singgah Anak Mandiri. Rumah Singgah Anak Mandiri membina anak jalanan sebagai tujuan utamanya. Salah satu poin terpenting dalam pembinaan anak jalanan adalah bagaimana peran Rumah Singgah upaya penuhan hak-hak anak dan mendidik anak jalanan agar mengenyampingkan permasalahan ekonomi dan fokus kepada masalah pendidikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Rumah Singgah Anak Mandiri lahir karena ada upaya pemerintah untuk menuntaskan masalah anak jalanan dengan pendekatan yang berbeda. Rumah singgah menggunakan pendekatan yang mengutamakan prinsip-prinsip kekeluargaan sehingga anak jalanan lebih nyaman mengikuti program-program dari Rumah Singgah Anak Jalanan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi anak jalanan mengenai pentingnya pendidikan formal berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang ekonomi dan faktor lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah RSAM belum mampu secara maksimal dalam mensosialisasikan pentingnya pendidikan formal untuk anak jalanan. Karena masih banyak warga binaan yang masih banyak menghabiskan waktu di jalanan serta berpengaruh kepada prestasi belajar anak di sekolah.en_US
dc.description.abstractTahun 1995/1996 Departemen Sosial (DEPSOS) dan UNDP melakukan profil anak jalanan di kota Jakarta dan Surabaya. Hasilnya dikembangkan 3 model uji coba penanganan anak jalanan yaitu Open House (Rumah Terbuka), Mobil Unit (mobil keliling/mobil sahabat anak), Boarding House (Panti Persinggahan). Ketiga model tersebut diujicobakan di tujuh Provinsi yaitu DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan, dan Ujung Pandang selama 3 tahun. Uji coba di Yogyakarta di mulai pada tanggal 8 April dengan didirikannya Rumah Singgah Anak Mandiri. Rumah Singgah Anak Mandiri membina anak jalanan sebagai tujuan utamanya. Salah satu poin terpenting dalam pembinaan anak jalanan adalah bagaimana peran Rumah Singgah upaya penuhan hak-hak anak dan mendidik anak jalanan agar mengenyampingkan permasalahan ekonomi dan fokus kepada masalah pendidikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Rumah Singgah Anak Mandiri lahir karena ada upaya pemerintah untuk menuntaskan masalah anak jalanan dengan pendekatan yang berbeda. Rumah singgah menggunakan pendekatan yang mengutamakan prinsip-prinsip kekeluargaan sehingga anak jalanan lebih nyaman mengikuti program-program dari Rumah Singgah Anak Jalanan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi anak jalanan mengenai pentingnya pendidikan formal berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang ekonomi dan faktor lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah RSAM belum mampu secara maksimal dalam mensosialisasikan pentingnya pendidikan formal untuk anak jalanan. Karena masih banyak warga binaan yang masih banyak menghabiskan waktu di jalanan serta berpengaruh kepada prestasi belajar anak di sekolah.
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.subjectpersepsi, anak jalanan, pendidikan formal, rumah singgahen_US
dc.titlePERSEPSI ANAK JALANAN MENGENAI PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMALen_US
dc.title.alternative(STUDI KASUS PADA CHILDREN ON THE STREET BINAAN RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI)en_US
dc.typeThesis SKR 750en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record