dc.contributor.advisor | SUSWANTA, SUSWANTA | |
dc.contributor.author | NUGRAHA, WAHYU JAYA | |
dc.date.accessioned | 2018-03-16T03:46:30Z | |
dc.date.available | 2018-03-16T03:46:30Z | |
dc.date.issued | 2015 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18038 | |
dc.description | Kebutuhan papan masih banyak diantara masyarakat Kulonprogo yang mempunyai
rumah tidak layak huni. Di dalam konstitusi kita telah diatur menurut pasal 5 ayat (1) UU no
4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman setiap warga negara mempunyai hak untuk
menempati dan atau menikmati atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur. Pada dasarnya persoalan perumahan dan pemukiman di
indonesia. Untuk RLTH program bedah rumah di Kabupaten Kulonprogo totalnya adalah
14.896 rumah yang tersebar di 12 Kecamatan yang ada di Kulonprogo. Untuk jumlah RTLH
(rumah tidak layak huni) terbanyak berada di Kecamatan Kokap dengan 2.846 rumah disusul
dengan Kecamatan Sentolo sebanyak 2.098 rumah. Untuk kecamatan yang paling sedikit
jumlah RLTH nya berada di Kecamatan Galur dengan 324 rumah.
Penelitian yang saya gunakan adalah metode kualitatif. Menurut anselsm strauss
dan juliet corbin istilah kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak di peroleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Beberapa peneliti
mengumpulkan data melalui wawancara dan pengamatan. Dalam melakukan penelitiannya,
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian ini di tujukan untuk
mendeskripsikan faktor-faktor implmenetasi program bedah rumah yang ada di kabupaten
kulonprogo. Dengan mengambil sampel warga peneria program bedah rumah yang tersebar
di kecamatan kokap dan sentolo ditujukan untuk mendeskripsikan faktor apa saja yang
mempengarihi implementasi bedah rumah di kabupaten kulonprogo 2013-2014.
Model implementasi kebijakan publik menurut Edward menunjuk 4 variabel yang
berperan penting dalam keberhasilan yaitu (1) Komunikasi di tingkat masyarakat berjalan
baik dengan metode sosialisasi yang telah di lakukan yaitu intensitas rapat setiap bulan. Para
implementor dari sekretariat daerah, kecamatan, kelurahan, serta warga masyarakat juga
cukup antusias dalam melaksanakan program ini. (2) Disposisi sikap pelaksana sudah
menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
mewujudkan kepentingan bersama. Pelaksanaan program bedah rumahp jika dilihat dari
sikap pelaksana yang menyangkut dengan kedisiplinan dan kejujuran itu meskipun itu sudah
di tunjukan oleh para implementator memang perlu menunjang keberhasilan pada
implementasi program bedah rumah. (3) Dalam suatu kebijakan tentu di perlukan adanya
sumber daya yang memadai baik itu dari sumber daya manusia dan sumber daya finansial.
Sumber daya manusia yang ada sudah mencukupi dan untuk sumber daya anggaran masih
minim di perlukan tambahan anggaran lebih besar. (4) Struktur birokrasi adalah merupakan
ketersediaan SOP yang mudah dipahami oleh implementator serta seberapa jauh rentang
kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Melihat
dari pengertian tersebut maka untuk SOP dari pelaksanaan program bedah rumah ada 2 jenis
yaitu dari atas dan bawah.
Implementasi bedah rumah di Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2013-2014 salah
satu tujuannya adalah untuk memperbaiki rumah warga karena tingginya jumlah RTLH
(rumah tidak layak huni) yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Implementasi bedah rmah
selama tahun 2013-2014 berdasarkan hasil penelitian saya sudah berjalan cukup baik. Faktor
yang paling berhasil berdasarkan penelitian penulis adalah dari segi komunikasi itu dapat di
lihat dari antusiasme masyarakat ketika gotong royong dan swadaya masyarakat dalam
memberi bantuan berupa uang maupun material untuk warga yang menerima bedah rumah.
Faktor kelemahannya adalah sumber anggaran karena jumlah anggaran terbatas belum
mampu untuk mencapai target 700 rumah/tahun dan belum ada SOP yang baku. | en_US |
dc.description.abstract | Kebutuhan papan masih banyak diantara masyarakat Kulonprogo yang mempunyai
rumah tidak layak huni. Di dalam konstitusi kita telah diatur menurut pasal 5 ayat (1) UU no
4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman setiap warga negara mempunyai hak untuk
menempati dan atau menikmati atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur. Pada dasarnya persoalan perumahan dan pemukiman di
indonesia. Untuk RLTH program bedah rumah di Kabupaten Kulonprogo totalnya adalah
14.896 rumah yang tersebar di 12 Kecamatan yang ada di Kulonprogo. Untuk jumlah RTLH
(rumah tidak layak huni) terbanyak berada di Kecamatan Kokap dengan 2.846 rumah disusul
dengan Kecamatan Sentolo sebanyak 2.098 rumah. Untuk kecamatan yang paling sedikit
jumlah RLTH nya berada di Kecamatan Galur dengan 324 rumah.
Penelitian yang saya gunakan adalah metode kualitatif. Menurut anselsm strauss
dan juliet corbin istilah kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak di peroleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Beberapa peneliti
mengumpulkan data melalui wawancara dan pengamatan. Dalam melakukan penelitiannya,
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian ini di tujukan untuk
mendeskripsikan faktor-faktor implmenetasi program bedah rumah yang ada di kabupaten
kulonprogo. Dengan mengambil sampel warga peneria program bedah rumah yang tersebar
di kecamatan kokap dan sentolo ditujukan untuk mendeskripsikan faktor apa saja yang
mempengarihi implementasi bedah rumah di kabupaten kulonprogo 2013-2014.
Model implementasi kebijakan publik menurut Edward menunjuk 4 variabel yang
berperan penting dalam keberhasilan yaitu (1) Komunikasi di tingkat masyarakat berjalan
baik dengan metode sosialisasi yang telah di lakukan yaitu intensitas rapat setiap bulan. Para
implementor dari sekretariat daerah, kecamatan, kelurahan, serta warga masyarakat juga
cukup antusias dalam melaksanakan program ini. (2) Disposisi sikap pelaksana sudah
menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
mewujudkan kepentingan bersama. Pelaksanaan program bedah rumahp jika dilihat dari
sikap pelaksana yang menyangkut dengan kedisiplinan dan kejujuran itu meskipun itu sudah
di tunjukan oleh para implementator memang perlu menunjang keberhasilan pada
implementasi program bedah rumah. (3) Dalam suatu kebijakan tentu di perlukan adanya
sumber daya yang memadai baik itu dari sumber daya manusia dan sumber daya finansial.
Sumber daya manusia yang ada sudah mencukupi dan untuk sumber daya anggaran masih
minim di perlukan tambahan anggaran lebih besar. (4) Struktur birokrasi adalah merupakan
ketersediaan SOP yang mudah dipahami oleh implementator serta seberapa jauh rentang
kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Melihat
dari pengertian tersebut maka untuk SOP dari pelaksanaan program bedah rumah ada 2 jenis
yaitu dari atas dan bawah.
Implementasi bedah rumah di Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2013-2014 salah
satu tujuannya adalah untuk memperbaiki rumah warga karena tingginya jumlah RTLH
(rumah tidak layak huni) yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Implementasi bedah rmah
selama tahun 2013-2014 berdasarkan hasil penelitian saya sudah berjalan cukup baik. Faktor
yang paling berhasil berdasarkan penelitian penulis adalah dari segi komunikasi itu dapat di
lihat dari antusiasme masyarakat ketika gotong royong dan swadaya masyarakat dalam
memberi bantuan berupa uang maupun material untuk warga yang menerima bedah rumah.
Faktor kelemahannya adalah sumber anggaran karena jumlah anggaran terbatas belum
mampu untuk mencapai target 700 rumah/tahun dan belum ada SOP yang baku. | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | Model implementasi kebijakan publik menurut Edward menunjuk 4 variabel yang berperan penting dalam keberhasilan | en_US |
dc.title | FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM BEDAH RUMAH GERAKAN GOTONG ROYONG RAKYAT BERSATU (GENTONG REMBES) DI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2013-2014 | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |