Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorKIRANA, AULIA ANGGUN DWI
dc.date.accessioned2018-03-20T01:41:08Z
dc.date.available2018-03-20T01:41:08Z
dc.date.issued2015-03
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18077
dc.descriptionParameter kebugaran kardiorespirasi seseorang dinyatakan dalam nilai volume oksigen maksimum (VO2 maks). VO2 maks merupakan nilai konsumsi oksigen maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang. VO2 maks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, latihan, genetik dan ketinggian tempat. Ketinggian tempat berbanding terbalik dengan tekanan parsial oksigen sehingga akan terjadi peningkatan jumlah eritrosit sebagai respon aklimatisasi menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin. Pada setiap ketinggian 1000 m di atas permukaan laut akan terjadi penurunan nilai VO2 maks sekitar 8 hingga 11%. VO 2 maks dapat diukur dengan beberapa cara yaitu tes ergometer sepeda, treadmill, field test dan harvard step test. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan nilai VO2 maks antara subyek penelitian di dataran tinggi dan dataran rendah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kaliurang pada ketinggian 500-999 m sebagai dataran tinggi dan Parangtritis pada ketinggian < 100 m sebagai dataran rendah. Jumlah sampel pada penelitian adalah 60 orang dengan 30 orang di dataran tinggi dan 30 orang dataran rendah. Pengolahan data menggunakan SPSS15.0. Hasil penelitian didapatkan nilai P adalah 0,828. Kesimpulan dari hasil penelitian dengan menggunakan Independent Sample t-Test menunjukkan tidak terdapat hasil yang signifikan antara nilai VO2 maks di dataran tinggi dan dataran rendah.en_US
dc.description.abstractParameter kebugaran kardiorespirasi seseorang dinyatakan dalam nilai volume oksigen maksimum (VO2 maks). VO2 maks merupakan nilai konsumsi oksigen maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang. VO2 maks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, latihan, genetik dan ketinggian tempat. Ketinggian tempat berbanding terbalik dengan tekanan parsial oksigen sehingga akan terjadi peningkatan jumlah eritrosit sebagai respon aklimatisasi menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin. Pada setiap ketinggian 1000 m di atas permukaan laut akan terjadi penurunan nilai VO2 maks sekitar 8 hingga 11%. VO 2 maks dapat diukur dengan beberapa cara yaitu tes ergometer sepeda, treadmill, field test dan harvard step test. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan nilai VO2 maks antara subyek penelitian di dataran tinggi dan dataran rendah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kaliurang pada ketinggian 500-999 m sebagai dataran tinggi dan Parangtritis pada ketinggian < 100 m sebagai dataran rendah. Jumlah sampel pada penelitian adalah 60 orang dengan 30 orang di dataran tinggi dan 30 orang dataran rendah. Pengolahan data menggunakan SPSS15.0. Hasil penelitian didapatkan nilai P adalah 0,828. Kesimpulan dari hasil penelitian dengan menggunakan Independent Sample t-Test menunjukkan tidak terdapat hasil yang signifikan antara nilai VO2 maks di dataran tinggi dan dataran rendah.en_US
dc.publisherFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectVO2maks, ketinggian tempat, harvard step test.en_US
dc.titleHUBUNGAN PERBEDAAN LETAK GEOGRAFIS TEMPAT TINGGAL TERHADAP NILAI VOLUME OKSIGEN MAKSIMUM (VO 2 MAKS)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record