Show simple item record

dc.contributor.advisorWARSITO, TULUS
dc.contributor.authorWICAKSONO, AZZOMARAYOSRA
dc.date.accessioned2018-03-27T03:08:23Z
dc.date.available2018-03-27T03:08:23Z
dc.date.issued2015-04-23
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18276
dc.descriptionBerdasarkan penjelasan yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan alasan Jepang di balik kerjasama Jepang dan Indonesia dalam bidang industri kreatif. Dengan faktor-faktor yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, pemerintah tidak lagi menggunakan kekuatan ekonomi sebagai kunci utama dalam diplomasi Jepang, tetapi menggunakan kebudayaan Jepang sebagai diplomasi alternatif. Dalam penelitian ini, teori soft power, diplomasi, diplomasi kebudayaan dan kepentingan nasional telah digunakan. Selama ini, content industry Jepang awalnya berkembang tanpa campur tangan pemerintah namun setelah tahun 2000an kombinasi antara actor pemerintah dan nonpemerintah telah dilakukan. Demam Jepang juga terjadi di luar kebijakan pemerintah. Walaupun demam Jepang terjadi di luar Jepang, adanya kerja sama antara pemerintah Jepang dan content industry sangat menguntungkan perekonomian Jepang. Sejak tahun 2007, di bawah pemerintahan Koizumi dan Aso, demam Jepang di luar negeri khususnya di Indonesia dianggap penting untuk mendapat kepentingan negara. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan yang menggunakan soft power, seperti animasi dan komik, baru digerakkan. Sejak saat itu, lembaga-lembaga dan institusi milik negara, seperti Japan Fondation, melaksanakan acara kebudayaan Jepang dan mempromosikan kebudayaan tradisional maupun pop Jepang.en_US
dc.description.abstractBerdasarkan penjelasan yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan alasan Jepang di balik kerjasama Jepang dan Indonesia dalam bidang industri kreatif. Dengan faktor-faktor yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, pemerintah tidak lagi menggunakan kekuatan ekonomi sebagai kunci utama dalam diplomasi Jepang, tetapi menggunakan kebudayaan Jepang sebagai diplomasi alternatif. Dalam penelitian ini, teori soft power, diplomasi, diplomasi kebudayaan dan kepentingan nasional telah digunakan. Selama ini, content industry Jepang awalnya berkembang tanpa campur tangan pemerintah namun setelah tahun 2000an kombinasi antara actor pemerintah dan nonpemerintah telah dilakukan. Demam Jepang juga terjadi di luar kebijakan pemerintah. Walaupun demam Jepang terjadi di luar Jepang, adanya kerja sama antara pemerintah Jepang dan content industry sangat menguntungkan perekonomian Jepang. Sejak tahun 2007, di bawah pemerintahan Koizumi dan Aso, demam Jepang di luar negeri khususnya di Indonesia dianggap penting untuk mendapat kepentingan negara. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan yang menggunakan soft power, seperti animasi dan komik, baru digerakkan. Sejak saat itu, lembaga-lembaga dan institusi milik negara, seperti Japan Fondation, melaksanakan acara kebudayaan Jepang dan mempromosikan kebudayaan tradisional maupun pop Jepang.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectINDUSTRI KREATIFen_US
dc.titleKERJASAMA INDUSTRI KREATIF JEPANG-INDONESIA DARI KEPENTINGAN NASIONAL JEPANGen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record