Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorMUKTI, RIDO ARGO
dc.date.accessioned2018-07-13T03:43:01Z
dc.date.available2018-07-13T03:43:01Z
dc.date.issued2018-04-26
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20046
dc.description.sponsorshipPertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan, mengakibatkan peningkatan produksi massal yang berimbas pada konsumsi massal. Hal tersebut akan mempengaruhi jumlah timbunan sampah yang semakin menumpuk ditandai dengan problem kontemporer perkotaan lainnya. Aksi kolektif gerakan lingkungan perkotaan berusaha untuk lebih ramah terhadap lingkungan dimulai dari skala individu maupun kelompok masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidup Kampung Hijau Gambiran dianggap telah berhasil mendapat berbagai prestasi, ketersediaan fasilitas dan peran aktif masyarakat pada kegiatan lingkungan menjadi lokomotif dalam melestarikan lingkungan perkotaan. Melalui perspektif stakeholder collaborative governance inilah pentingnya mengetahui arah kebijakan, strategi dan kontribusi pihak lain diluar gerakan Kampung Hijau, yaitu pemerintah, Non Goverment Organization dan sektor swasta untuk membantu komunitas Kampung Hijau Gambiran dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan. Penelitian ini bersifat kualitatif eksploratif, dengan jenis data primer dan sekunder serta dilengkapi dengan teknik analisis data menggunakan pendekatan Straus dan Corbin (2013). Dari data dokumentasi dan wawancara mendalam dengan berbagai stakeholder dari pengelolaan Kampung Hijau Gambiran, menghasilkan temuan penelitian yaitu: pertama, masyarakat yang tergabung dalam komunitas Kampung Hijau Gambiran menjadi aktor dominan pengelolaan lingkungan dalam model civil society. Kedua, adanya keterlibatan partisipatif dari institusi pemerintahan dan LSM lingkungan hanya sebagai mitra sejajar. Ketiga, tahapan pengelolaan Kampung Hijau Gambiran yang dilakukan secara transformatif dan runtut mulai dari, partisipasi, kemitraan dan jejaring akan tercipta pengelolaan yang berbagi sumber daya yang berkelanjutan. Keempat, prinsip jejaring yang diterapkan Kampung Hijau Gambiran (modal sosial) membuka kesempatan berbagai pihak untuk ikut berperan serta. Adapun saran dari penelitian ini adalah pertama, sebagai cermin civil society diharapkan komunitas Kampung Hijau Gambiran berusaha untuk menuju ke arah kemandirian. Kedua, guna menguatkan berdikari perlu adanya integrasi seluruh Kampung Hijau Gambiran dan komunitas pemerhati sungai dalam beberapa kegiatan, public forum dan kampanye lingkungan. Ketiga, paradigma fasilitator dan contributor pemerintah kepada komunitas Kampung Hijau Gambiran lebih kearah pelatihan, pemberdayaan dan pemenuhan mutu pada modal sosial dan creative minority sehingga mampu meningkatkan kemampuan internal komunitas.en_US
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.subjectGerakan lingkungan, modal sosial, Kolaborasi, Kampung Hijau Gambiranen_US
dc.titlePENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KAMPUNG HIJAU GAMBIRAN UMBULHARJO YOGYAKARTA DALAM PERSPEKTIF STAKEHOLDER COLLABORATIVE GOVERNANCEen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 377en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record