Show simple item record

dc.contributor.authorFEBIYADI, TEDY
dc.date.accessioned2018-08-23T02:19:40Z
dc.date.available2018-08-23T02:19:40Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20712
dc.descriptionLuka dibidang kedokteran gigi dan mulut paling sering ditemukan dalam praktek dokter gigi dibidang bedah mulut yang melibatkan mukosa gingiva seperti tindakan pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, dan tindakan invasif lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya mekanisme peradangan yang disebabkan adanya trauma yang menyebabkan kerusakan pada jaringan seperti pembuluh darah, epitel dan jaringan sekitarnya Proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan berbagai cara pengobatan, akan tetapi terapi penyembuhan luka yang tidak tepat akan menyebabkan infeksi didalam proses penyembuhan tersebut. Salah satu cara pengobatan alami yaitu dengan pemberian lidah buaya (Aloe Vera Liliceae) ekstrak gel yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap proses penyembuhan luka yang dilihat secara klinis pasca incisi gingival tikus putih (Rattus norvegicus). Lidah buaya yang di gunakan berasal dari Yogyakarta. Pembuatan ekstrak lidah buaya dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan selanjutnya dibuat dalam bentuk sediaan gel dengan menggunakan konsentrasi Hydroxyprophyl Methylcellulose (HMPC). Semua sampel 24 ekor tikus putih dibagi ke dalam 4 kelompok dengan 3 kelompok di beri perlakuan yang berbeda dan 1 kelompok tanpa perlakuan. Untuk kelompok A dioleskan tiga kali sehari tiap 8 jam, kelompok B dioleskan dua kali sehari tiap 12 jam, kelompok C dioleskan satu kali sehari tiap 24 jam dengan ekstrak lidah buaya 90%, dan kelompok D tanpa perlakuan sebagai kelompok kontrol. Keempat kelompok akan di lihat secara klinis proses penyembuhan lukanya pada hari ke-3, 5, 7, dan 14 setelah perlukaan. Hasil pengukuran luka tikus putih (Rattus norvegicus) pada setiap subjek penelitian dengan berat badan berkisar 180 - 250 gram menunjukkan waktu penyembuhan panjang luka paling cepat adalah kelompok C dengan pengolesan topikal gel lidah buaya 90% sebanyak 1 kali sehari setiap 24 jam (2,30 ± 1,98) mm, sedangkan waktu penyembuhan panjang luka paling lama pada kelompok D tanpa perlakuan (4,14 ± 0,75). Sedangkan kelompok A dan B masing-masing proses penutupan luka sekitar 3,42 mm dan 3,06 mm. Kesimpulan yang didapatkan didalam penelitian ini Gel lidah buaya (aloe vera) 90% memiliki pengaruh dalam proses mempercepat penyembuhan luka pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley jantan terhadap luka sayat dengan 1 kali pengolesan setiap 24 jam yang dapat memberikan dampak positif selama 10 hari berturut-turut tanpa meninggalkan jaringan parut.en_US
dc.description.abstractLuka dibidang kedokteran gigi dan mulut paling sering ditemukan dalam praktek dokter gigi dibidang bedah mulut yang melibatkan mukosa gingiva seperti tindakan pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, dan tindakan invasif lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya mekanisme peradangan yang disebabkan adanya trauma yang menyebabkan kerusakan pada jaringan seperti pembuluh darah, epitel dan jaringan sekitarnya Proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan berbagai cara pengobatan, akan tetapi terapi penyembuhan luka yang tidak tepat akan menyebabkan infeksi didalam proses penyembuhan tersebut. Salah satu cara pengobatan alami yaitu dengan pemberian lidah buaya (Aloe Vera Liliceae) ekstrak gel yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap proses penyembuhan luka yang dilihat secara klinis pasca incisi gingival tikus putih (Rattus norvegicus). Lidah buaya yang di gunakan berasal dari Yogyakarta. Pembuatan ekstrak lidah buaya dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan selanjutnya dibuat dalam bentuk sediaan gel dengan menggunakan konsentrasi Hydroxyprophyl Methylcellulose (HMPC). Semua sampel 24 ekor tikus putih dibagi ke dalam 4 kelompok dengan 3 kelompok di beri perlakuan yang berbeda dan 1 kelompok tanpa perlakuan. Untuk kelompok A dioleskan tiga kali sehari tiap 8 jam, kelompok B dioleskan dua kali sehari tiap 12 jam, kelompok C dioleskan satu kali sehari tiap 24 jam dengan ekstrak lidah buaya 90%, dan kelompok D tanpa perlakuan sebagai kelompok kontrol. Keempat kelompok akan di lihat secara klinis proses penyembuhan lukanya pada hari ke-3, 5, 7, dan 14 setelah perlukaan. Hasil pengukuran luka tikus putih (Rattus norvegicus) pada setiap subjek penelitian dengan berat badan berkisar 180 - 250 gram menunjukkan waktu penyembuhan panjang luka paling cepat adalah kelompok C dengan pengolesan topikal gel lidah buaya 90% sebanyak 1 kali sehari setiap 24 jam (2,30 ± 1,98) mm, sedangkan waktu penyembuhan panjang luka paling lama pada kelompok D tanpa perlakuan (4,14 ± 0,75). Sedangkan kelompok A dan B masing-masing proses penutupan luka sekitar 3,42 mm dan 3,06 mm. Kesimpulan yang didapatkan didalam penelitian ini Gel lidah buaya (aloe vera) 90% memiliki pengaruh dalam proses mempercepat penyembuhan luka pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley jantan terhadap luka sayat dengan 1 kali pengolesan setiap 24 jam yang dapat memberikan dampak positif selama 10 hari berturut-turut tanpa meninggalkan jaringan parut.en_US
dc.publisherFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectPenyembuhan luka,tikus putihen_US
dc.titleEFEKTIVITAS PENGAPLIKASIAN EKSTRAK TOPIKAL GEL LIDAH BUAYA 90% TERHADAP LUKA SAYAT GINGIVA TIKUS PUTIHen_US
dc.typeThesis SKR FKIK 121en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record