Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorSAFITRI, APRIANI DWI
dc.date.accessioned2018-09-24T02:59:58Z
dc.date.available2018-09-24T02:59:58Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/21494
dc.descriptionNegara Indonesia telah memberikan kebebasan dalam berbagai hal kepada masyarakatnya, dimulai dari hak bebas berpendapat, bebas memilih, bebas mengikuti suatu organisasi manapun, bebas dalam memilih suatu kehidupan yang layak. Sesuai dengan UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum yang berisi tentang kuota 30% keterwakilan politik perempuan di legislatif. Kabupaten Bantul memiliki jumlah keterwakilan perempuan yan lebih rendah dari Kabupaten lain. Oleh karena itu penelitian ini bertumpu kepada permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterwakilan politik perempuan di Kabupaten Bantul Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research). Adapun data primer dari penelitian ini berumber dari KPU, DPRD Kabupaten Bantul, dan DPC Kabupaten Bantul. Data sekunder yang diperlukan dengan mengandalkan dokumen hasil pemilu, jurnaljurnal, dan buku yang sesuai dengan penelitian setelah mendapatkat data lalu peneliti mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan jawaban terhadap penelitian. Hasil penelitian ini adalah dalam setiap variable yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keterwakilan politik perempuan memiliki beberapa kelebihan serta kelemahannya. Menurut peneliti selama melaksanakan konsep yang ada dan kemudian dituangkan kedalam aktifitas politik . faktor pendukung dari keterwakilan politik perempuan adalah peneliti menyatakan faktor pendukun yaitu affirmative action dan juga partai politik. Faktor penghambat yaitu hambatan sosio-ekonomi yang berasal dari budaya patriaki masyarakat Indonesia,hambatan politis kelembagaan, serta hambatan pribadi dan psikologis. Peneliti memberikan masukan agar keterwakilan politik perempuan di Kabupaten Bantul dapat meningkat yang harus dibantu oleh partai politi sebagai lembaga yang mewadahi keterwakilan perempuan harus lebih mensiosialisasikancalon anggota legislative perempuan yang diusung agar kebijakan kuota 30% tidakhanya menjadi akesesoris politik begitu saja serta perempuan harus berani dan memiliki ilmupolitik agar perempuan tidak tabu dalam berperan dalam ranah politik.en_US
dc.description.abstractNegara Indonesia telah memberikan kebebasan dalam berbagai hal kepada masyarakatnya, dimulai dari hak bebas berpendapat, bebas memilih, bebas mengikuti suatu organisasi manapun, bebas dalam memilih suatu kehidupan yang layak. Sesuai dengan UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum yang berisi tentang kuota 30% keterwakilan politik perempuan di legislatif. Kabupaten Bantul memiliki jumlah keterwakilan perempuan yan lebih rendah dari Kabupaten lain. Oleh karena itu penelitian ini bertumpu kepada permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterwakilan politik perempuan di Kabupaten Bantul Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research). Adapun data primer dari penelitian ini berumber dari KPU, DPRD Kabupaten Bantul, dan DPC Kabupaten Bantul. Data sekunder yang diperlukan dengan mengandalkan dokumen hasil pemilu, jurnaljurnal, dan buku yang sesuai dengan penelitian setelah mendapatkat data lalu peneliti mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan jawaban terhadap penelitian. Hasil penelitian ini adalah dalam setiap variable yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keterwakilan politik perempuan memiliki beberapa kelebihan serta kelemahannya. Menurut peneliti selama melaksanakan konsep yang ada dan kemudian dituangkan kedalam aktifitas politik . faktor pendukung dari keterwakilan politik perempuan adalah peneliti menyatakan faktor pendukun yaitu affirmative action dan juga partai politik. Faktor penghambat yaitu hambatan sosio-ekonomi yang berasal dari budaya patriaki masyarakat Indonesia,hambatan politis kelembagaan, serta hambatan pribadi dan psikologis. Peneliti memberikan masukan agar keterwakilan politik perempuan di Kabupaten Bantul dapat meningkat yang harus dibantu oleh partai politi sebagai lembaga yang mewadahi keterwakilan perempuan harus lebih mensiosialisasikancalon anggota legislative perempuan yang diusung agar kebijakan kuota 30% tidakhanya menjadi akesesoris politik begitu saja serta perempuan harus berani dan memiliki ilmupolitik agar perempuan tidak tabu dalam berperan dalam ranah politik.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectFaktor-Faktor, Affirmative action, Keterwakilanen_US
dc.titleFAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014en_US
dc.typeThesis SKR FISIP 522en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record