Show simple item record

dc.contributor.advisorDARUMURTI,AWANG
dc.contributor.authorFEBRITASANI, GALUH LUTFI
dc.date.accessioned2018-10-04T05:46:37Z
dc.date.available2018-10-04T05:46:37Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/21718
dc.descriptionPemerintah Desa Gemaharjo melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya yaitu dengan melakukan pengembangan ternak sapi perah. Pada pengembangan ternak sapi tersebut dilakuakan dengan cara Collaborative Governace yaitu melakukan kerjasama dengan swasta (PT.Nestle) dan masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk pada pelaksanaan pengembangan ternak sapi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembuatan program tersebut. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk dapat mengatahui bagaimana Collaborative Governance yang dilakukan dalam pengembangan ternak sapi perah di Desa Gemaharjo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berupa wawancara secara langsung dengan pemerintah Desa Gemaharjo, PT.Nestle dan masyarakat serta data sekunder yaitu dokumen yang berupa jumlah produksi susu setiap bulan, daftar anggota peternakan sapi perah. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Desa Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan, pengembangan ternak sapi perah di Desa Gemaharjo mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut sesuai dengan data jumlah produksi susu sapi yang meningkat. Walaupun mengalami kondisi fluktatif yaitu mengalami kenaikan dan penurunan jumlah produksi pada setiap bulannya, akan tetapi jumlah produksi semakin meningkat pertahunnya. Terdapat beberapa indikator-indikator keberhasilan Collaborative Governance yang dilakukan dalam pengembangan ternak sapi perah yaitu, struktur jaringan dengan tipe Self-governance, komitmen terhadap tujuan , Adanya kepercayaan antar pihak, adanya landasan kerjasama yaitu MoU dalam tata kelola (Governace) pada Collaborative Governance yang dilakukan, terdapat akses kekuasaan, Akuntabilitas, akses informasi yang luas serta tersedianya sumber daya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam (hewan ternak, sumber pakan) dan sumber Financial yang dibutuhkan dalam pengembangan ternak sapi perah. Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala yang dialami oleh para peternak yaitu kekurangan pakan pada saat musim kemarau, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan membuat sentrat alami. Selain itu terdapat kendala kesehatan yaitu adanya penyakit maskitis yang dialami oleh hewan ternak. Namun hal terssebut dapat diatasi dengan adanya dokter hewan khusus yang ditempatkan di Desa Gemaharjo untuk menangani penyakit-penyakit yang menyerang hewan ternak.en_US
dc.description.abstractPemerintah Desa Gemaharjo melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya yaitu dengan melakukan pengembangan ternak sapi perah. Pada pengembangan ternak sapi tersebut dilakuakan dengan cara Collaborative Governace yaitu melakukan kerjasama dengan swasta (PT.Nestle) dan masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk pada pelaksanaan pengembangan ternak sapi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembuatan program tersebut. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk dapat mengatahui bagaimana Collaborative Governance yang dilakukan dalam pengembangan ternak sapi perah di Desa Gemaharjo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berupa wawancara secara langsung dengan pemerintah Desa Gemaharjo, PT.Nestle dan masyarakat serta data sekunder yaitu dokumen yang berupa jumlah produksi susu setiap bulan, daftar anggota peternakan sapi perah. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Desa Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan, pengembangan ternak sapi perah di Desa Gemaharjo mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut sesuai dengan data jumlah produksi susu sapi yang meningkat. Walaupun mengalami kondisi fluktatif yaitu mengalami kenaikan dan penurunan jumlah produksi pada setiap bulannya, akan tetapi jumlah produksi semakin meningkat pertahunnya. Terdapat beberapa indikator-indikator keberhasilan Collaborative Governance yang dilakukan dalam pengembangan ternak sapi perah yaitu, struktur jaringan dengan tipe Self-governance, komitmen terhadap tujuan , Adanya kepercayaan antar pihak, adanya landasan kerjasama yaitu MoU dalam tata kelola (Governace) pada Collaborative Governance yang dilakukan, terdapat akses kekuasaan, Akuntabilitas, akses informasi yang luas serta tersedianya sumber daya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam (hewan ternak, sumber pakan) dan sumber Financial yang dibutuhkan dalam pengembangan ternak sapi perah. Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala yang dialami oleh para peternak yaitu kekurangan pakan pada saat musim kemarau, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan membuat sentrat alami. Selain itu terdapat kendala kesehatan yaitu adanya penyakit maskitis yang dialami oleh hewan ternak. Namun hal terssebut dapat diatasi dengan adanya dokter hewan khusus yang ditempatkan di Desa Gemaharjo untuk menangani penyakit-penyakit yang menyerang hewan ternak.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectCollaborative Governaceen_US
dc.titleTATA KELOLA PROGRAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH BERBASIS COLLABORATIVE GOVERNANCE DI DESA GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN 2017en_US
dc.typeThesis SKR FISIP 449en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record