Show simple item record

dc.contributor.advisorWIRASENJAYA, ADE MARUP
dc.contributor.authorPRAKASITARI, ASTRI RATNA
dc.date.accessioned2018-10-06T02:30:47Z
dc.date.available2018-10-06T02:30:47Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/21785
dc.descriptionKarya tulis ini mencoba menggambarkan sikap politik China di Myanmar terkait dengan permasalahan etnis. Konflik etnis telah menjadi sejarah kelam bagi Myanmar, ratusan bahkan jutaan korban berjatuhan, pengungsi membanjir ke kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, bahkan isu pelanggaran HAM terus menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Menanggapi hal tersebut, Myanmar kini tengah mencoba membangun perdamaian di negaranya melalui banyak negosiasi damai seperti Nationwide Ceasefire Agreement dan The Panglong 21st Century yang dimulai sejak tahun 2015. Negosiasi ini diharapkan akan menjadi pemersatu bagi diversitas etnis di Myanmar. Proses ini membuat China sebagai negara yang berbatasan langsung dan merasakan langsung akibat dari konflik etnis di Myanmar merasa wajib turun tangan untuk menjadi pihak solutif yang mendukung setiap langkah menuju perdamaian. Terlebih hubungan China dan Myanmar telah terjalin intim bahkan sejak awal kemerdekaan negara tersebut. Dengan menggunakan dua pandangan, economy-security nexus dan teori stabilitas hegemonik, China memiliki strategi sendiri untuk menempatkan peran terbaiknya dalam upaya perdamaian etnis di Myanmar.en_US
dc.description.abstractKarya tulis ini mencoba menggambarkan sikap politik China di Myanmar terkait dengan permasalahan etnis. Konflik etnis telah menjadi sejarah kelam bagi Myanmar, ratusan bahkan jutaan korban berjatuhan, pengungsi membanjir ke kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, bahkan isu pelanggaran HAM terus menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Menanggapi hal tersebut, Myanmar kini tengah mencoba membangun perdamaian di negaranya melalui banyak negosiasi damai seperti Nationwide Ceasefire Agreement dan The Panglong 21st Century yang dimulai sejak tahun 2015. Negosiasi ini diharapkan akan menjadi pemersatu bagi diversitas etnis di Myanmar. Proses ini membuat China sebagai negara yang berbatasan langsung dan merasakan langsung akibat dari konflik etnis di Myanmar merasa wajib turun tangan untuk menjadi pihak solutif yang mendukung setiap langkah menuju perdamaian. Terlebih hubungan China dan Myanmar telah terjalin intim bahkan sejak awal kemerdekaan negara tersebut. Dengan menggunakan dua pandangan, economy-security nexus dan teori stabilitas hegemonik, China memiliki strategi sendiri untuk menempatkan peran terbaiknya dalam upaya perdamaian etnis di Myanmar.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectEconomy-Security Nexus, Hegemonic Stability, United Wa State Army, Perdamaian etnis Myanmar, Hegemoni Chinaen_US
dc.titlePENGARUH CHINA DALAM MENDUKUNG PERDAMAIAN KELOMPOK ETNIS BERSENJATA UNITED WA STATE ARMY DI MYANMARen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 106en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record