Show simple item record

dc.contributor.authorSUKMONO, FILOSA GITA
dc.contributor.authorJUNAEDI, FAJAR
dc.date.accessioned2016-09-18T10:10:15Z
dc.date.available2016-09-18T10:10:15Z
dc.date.issued2016-01-18
dc.identifier.isbn978-602-74139-1-7
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/2191
dc.descriptionartikel ini dipresentasikan dalam International Conference of communication Industry and community 2016en_US
dc.description.abstractMeningkatnya jumlah tenaga kesehatan di Indonesia serta bekal kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kesehatan tersebut membuat profesi ini dianggap salah satu profesi yang menitikberatkan pada profesionalitas dalam memberikan pelayanan kepada masayarakat, namun dalam beberapa kasus justru tenaga kesehatan belum mempunyai kompetensi komunikasi multikultur dalam menghadapai pasien. Jika dicermati justru kompetensi ini penting bagi tenaga kesehatan, hal ini dikarenakan masyarakat atau pasien yang dihadapi beragam dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Penelitian ini ingin mendalami bagaimana sebenarnya kompetensi komunikasi multikultur yang dimiliki tenaga medis serta permasalahan antar budaya yang mereka hadapi. Penelitian ini fokus pada kasus-kasus antar budaya serta kompetensi multikultur yang dihadapi bidan dalam memberikan pelayanan. Khususnya di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sragen, Jawa Tengah. Penelitian ini menjawab pertanyaan besar tentang kompetensi multikultur yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan, berdasarkan pengalaman bidan senior. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan fokus pada kasus yang terjadi di Sragen dan Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penting bagi para bidan menguasai kompetensi komunikasi multikultur saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dalam tatanan praktis, keempat bidan yang diwawancarai menyebutkan bahwa penguasaan terhadap bahasa lokal menjadi penting. Dengan menggunakan bahasa lokal, maka makna dalam komunikasi bisa bersifat mindfulness. Secara akademis, penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan tinggi kebidanan dan pendidikan tinggi kesehatan yang lain perlu menginsersi muatan multikultur dalam kurikulumnya, sehingga para lulusannya lebih siap kala berhadapan dengan budaya yang berbeda.en_US
dc.publisherFakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegaraen_US
dc.relation.ispartofseries3;Bagian IV hal 922-929
dc.subjectKompetensi, Komunikasi Multikultur, Tenaga Kesehatanen_US
dc.titleKOMPETENSI KOMUNIKASI MULTIKULTUR TENAGA KESEHATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAHen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • CONFERENCE
    Berisi artikel ilmiah (bukan sertifikat) yang ditulis oleh dosen pada acara konferensi baik lokal, nasional maupun internasional dengan penyelenggara dari luar UMY, baik sebagai peserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record