Show simple item record

dc.contributor.authorAWISARITA, RR WIWARA
dc.date.accessioned2018-10-18T06:37:57Z
dc.date.available2018-10-18T06:37:57Z
dc.date.issued2018-10-20
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/22290
dc.descriptionLatar Belakang: Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Kenyataan menunjukkan bahwa di negara –negara yang sedang berkembang urutan penyakit-penyakit utama nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang memerlukan terapi antibiotik. Namun demikian pemakaian antibiotik yang tidak tepat akan menimbulkan resistensi. Tujuan Penelitian: mengevaluasi rasionalitas penggunaan Antibiotik di ICU RS Pku Muhammadiyah Bantul Selama Tahun 2015 secara kuantitas dan kualitas. Metode Penelitian: Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis pasien ICU mulai tanggal 1 januari 2015 sampai 31 desember 2015. Parameter evaluasi kuantitatif menggunakan indikator WHO tentang evaluasi penggunaan antibiotika di rumah sakit dan Defined Daily Dose. Evaluasi kualitatif menggunakan kriteria Gyssens.. Hasil Penelitian: Antibiotika yang paling banyak digunakan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah ceftriaxone (37,46%) diikuti oleh metronidazole (30,47%) dan ciprofloksasin (3,44%). Penggunaan dosis antibiotik yang dikonsumsi pasien ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul selama tahun 2015 secara umum lebih rendah dibanding standar DDD WHO. Dari sebanyak 12 jenis antibiotika sebanyak 10 jenis mempunyai penggunaan lebih rendah dibanding standar DDD WHO, sebanyak 2 jenis mempunyai penggunaan lebih tinggi dibanding standar DDD WHO yaitu Ceftriaxone dan Metronidazol. Penggunaan Ceftriaxone sebanyak 12,60 DDD/100 hari, sedangkan penggunaan Metronidazol sebanyak 10,25 DDD/100 hari rawat. Pemberian antibiotik di ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul Selama tahun 2015 tidak rasional. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode Gyssens, penggunaan antibiotika yang rasional sebesar 44,44% (kategori 0) sedangkan yang tidak rasional sebesar 55,56% yaitu kategori V (tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) sebesar 16,67%, IIIA (pemberian terlalu lama) 2,78%, IVa (ada antibiotika lain yang lebih efektif) 4,17%, IVb (ada antibiotika lain yang kurang toksik) 2,78%, IVc (ada antibiotika lain yang lebih murah) 5,56% dan data tidak lengkap 23,61%.en_US
dc.description.abstractLatar Belakang: Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Kenyataan menunjukkan bahwa di negara –negara yang sedang berkembang urutan penyakit-penyakit utama nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang memerlukan terapi antibiotik. Namun demikian pemakaian antibiotik yang tidak tepat akan menimbulkan resistensi. Tujuan Penelitian: mengevaluasi rasionalitas penggunaan Antibiotik di ICU RS Pku Muhammadiyah Bantul Selama Tahun 2015 secara kuantitas dan kualitas. Metode Penelitian: Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis pasien ICU mulai tanggal 1 januari 2015 sampai 31 desember 2015. Parameter evaluasi kuantitatif menggunakan indikator WHO tentang evaluasi penggunaan antibiotika di rumah sakit dan Defined Daily Dose. Evaluasi kualitatif menggunakan kriteria Gyssens.. Hasil Penelitian: Antibiotika yang paling banyak digunakan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah ceftriaxone (37,46%) diikuti oleh metronidazole (30,47%) dan ciprofloksasin (3,44%). Penggunaan dosis antibiotik yang dikonsumsi pasien ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul selama tahun 2015 secara umum lebih rendah dibanding standar DDD WHO. Dari sebanyak 12 jenis antibiotika sebanyak 10 jenis mempunyai penggunaan lebih rendah dibanding standar DDD WHO, sebanyak 2 jenis mempunyai penggunaan lebih tinggi dibanding standar DDD WHO yaitu Ceftriaxone dan Metronidazol. Penggunaan Ceftriaxone sebanyak 12,60 DDD/100 hari, sedangkan penggunaan Metronidazol sebanyak 10,25 DDD/100 hari rawat. Pemberian antibiotik di ICU RS PKU Muhammadiyah Bantul Selama tahun 2015 tidak rasional. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode Gyssens, penggunaan antibiotika yang rasional sebesar 44,44% (kategori 0) sedangkan yang tidak rasional sebesar 55,56% yaitu kategori V (tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) sebesar 16,67%, IIIA (pemberian terlalu lama) 2,78%, IVa (ada antibiotika lain yang lebih efektif) 4,17%, IVb (ada antibiotika lain yang kurang toksik) 2,78%, IVc (ada antibiotika lain yang lebih murah) 5,56% dan data tidak lengkap 23,61%.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherMMR UMYen_US
dc.subjectKRITERIA GYSSENSen_US
dc.subjectATC/DDDen_US
dc.subjectRASIONALITASen_US
dc.subjectANTIBIOTIKen_US
dc.titleRASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK DI ICU RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SELAMA TAHUN 2015en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record