Show simple item record

dc.contributor.authorSARI, CHYNTIA PRAMITA
dc.date.accessioned2018-11-09T03:06:21Z
dc.date.available2018-11-09T03:06:21Z
dc.date.issued2018-08-27
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/22998
dc.descriptionPerencanaan dan pengadaan obat merupakan bagian penting dalam tahap pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Perencanaan obat di rumah sakit yang lemah akan menyebabkan pemborosan dalam anggaran pengadaan obat, biaya untuk pengadaan akan membengkak, serta terjadi kekurangan maupun kelebihan obat. Pengadaan yang tidak efektif menyebabkan tidak tercapainya ketersediaan obat dalam jumlah yang tepat dengan harga sesuai. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deksriptif non-eksperimental. Data diambil dari RSUD Ngudi Waluyo Blitar berupa kualitatif melalui wawancara sedangkan data kuantitatif diambil secara retrospektif berdasarkan dokumen yang tersedia di gudang instalasi farmasi. Analisis dilakukan dengan mengevaluasi indikator-indikator perencanaan dan pengadaan serta membandingkan dengan standar nilai yang ada berdasarkan Pudjianingsih 2006 dan Depkes 2008. Hasil yang didapatkan berdasarkan perbandingan indikator pada tahap perencanaan untuk indikator pertama adalah 93,16% (standar 100%). Indikator kedua adalah 138% (standar 100%). Indikator ketiga sebesar 100% (standar 100%). Hasil indikator pengadaan, untuk indikator pertama sebesar 12% (standar 30%-40%). Indikator kedua menunjukkan kurang dari 12 kali. Indikator ketiga masuk kedalam rentang standar efisiensi (1-9). Indikator keempat adalah 0%. Berdasarkan uraian tersebut, indikator ketiga dalam tahap perencanaan mencapai nilai efisiensi, sedangkan indikator pengadaan hanya indikator pertama yang tidak sesuai standar efisiensi.en_US
dc.description.abstractPlanning and procurement of drugs is an important part in the stage of drug management at the Hospital Pharmacy Installation. Drug planning in a weak hospital will cause waste in the drug procurement budget, the costs for procurement will swell, and there will be shortages or excess drugs. Ineffective procurement results in not achieving the right amount of drug at the right price. This research is included in non-experimental descriptive research. The data was taken from the Ngudi Waluyo Blitar Regional General Hospital in the form of qualitative interviews while quantitative data was taken retrospectively based on documents available at the pharmaceutical installation warehouse. The analysis was carried out by evaluating planning and procurement indicators and comparing with existing value standards based on Pudjianingsih 2006 and the Ministry of Health 2008. The results obtained based on the comparison of indicators in the planning stage for the first indicator are 93.16% (standard 100%). The second indicator is 138% (standard 100%). The third indicator is 100% (standard 100%). The results of procurement indicators for the first indicator are 12% (standard 30% -40%). The second indicator shows less than 12 times. The third indicator enters the standard efficiency range (1-9). The fourth indicator is 0%. Based on this description, the third indicator in the planning stage reaches the value of efficiency, while the procurement indicator is only the first indicator that does not comply with efficiency standards.en_US
dc.publisherFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectdrug management, planning, procurement, drug management indicators, Blitar Hospitalen_US
dc.titleEVALUASI PENGELOLAAN OBAT TAHAP PERENCANAAN DAN PENGADAAN PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI RSUD NGUDI WALUYO BLITAR PERIODE TAHUN 2016en_US
dc.typeThesis SKR FKIK 332en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record