Show simple item record

dc.contributor.authorARIFIANTO, BUDI
dc.date.accessioned2019-01-22T03:23:17Z
dc.date.available2019-01-22T03:23:17Z
dc.date.issued2017-06-30
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/23941
dc.description.abstractDi tengah dominasi Hollywood dan jaringannya di Indonesia, film nasional mengalami peminggiran dengan dikuasainya layar sinema oleh film Hollywood. Kondisi ini terjadi sejak rejim Orde Baru berkuasa ketika liberalisme digelorakan. Film nasional yang tidak sepadan dengan kekuatan modal Hollywood pun terjungkal. Jika kini film Indonesia secara jumlah meningkat, bukan berarti problem film nasional terselesaikan. Monopoli Jaringan 21 atas distribusi film menyebabkan film nasional harus ikut standar teknologi, dan juga estetika jaringan ini. Pada dekade 1990-an, muncul alternatif gerakan untuk membangkitkan film nasional dengan model sinema ngamen, yaitu sinema yang diputar di luar jalur utama yang bernama sinema ngamen. Yogyakarta menjadi salah satu basis dari sinema ngamen. Penelitian ini berpijak pada rumusan masalah bagaimana strategi produksi dan pola distribusi sinema ngamen di Yogyakarta? Penelitian ini menemukan data sebagai berikut, pertama, produksi film pendek di Yogyakarta berkembang seiring dikenalnya teknologi digital dalam produksi film. Era seluloid belum menjadi masa dari produksi film pendek di Yogyakarta. Seluloid masih dianggap mahal dan tidak terjangkau sineas di Yogyakarta. Dikenalnya video kaset dan selanjutnya video digital menjadikan produksi film pendek di Yogyakarta mulai bermunculan. Komunitas film menjadi basis dalam produksi film pendek di Yogyakarta. Komunitas film ini bisa berasal dari kampus maupun luar kampus. Awalnya film pendek belum menarik sponsor, sehingga produksi film benar – benar menjadi totalitas idealisme sineasnya. Untuk produksi film, siasat pengetatan biaya produksi dilakukan seperti dengan membuat replika lampu. Dalam jalur distribusi, sineas Yogyakarta memutar filmnya dari satu tempat ke tempat lain. Perkembangan teknologi internet memudahkan dalam mencari kantung budaya yang layak dan bisa dijadikan pemutaran film. Melalui internet, sineas Yogyakarta mencari komunitas film lain yang bersedia memutarkan filmnya. Kini, produksi film di Yogyakarta tidak semua berbasis komunitas karena kemudahan teknologi dalam produksi dan eksebisi film. Justru inilah yang menjadi tantangannya karena pengalaman menunjukan pentingnya komunitas sebagai forum belajar bersama para sineas.en_US
dc.description.sponsorshipLP3Men_US
dc.publisherUMYen_US
dc.subjectsinema ngamenen_US
dc.subjectstrategi produksien_US
dc.subjectpola distribusien_US
dc.subjectkomunitasen_US
dc.titleLAPORAN PENELITIAN KEMITRAAN SINEMA NGAMENen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • CONFERENCE
    Berisi artikel ilmiah (bukan sertifikat) yang ditulis oleh dosen pada acara konferensi baik lokal, nasional maupun internasional dengan penyelenggara dari luar UMY, baik sebagai peserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record