Show simple item record

dc.contributor.advisorPURNOMO, EKO PRIYO
dc.contributor.authorALIMIN, LA ODE
dc.date.accessioned2016-09-21T07:20:13Z
dc.date.available2016-09-21T07:20:13Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/2469
dc.descriptionYogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Zelfbestuur landschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I. Latar Belakang dari penelitian ini secara garis besar adalah merespon Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta Terhadap Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-X Dalam Konflik Internal Keraton, mengenai pengangkatan GKR. Pembayun menjadi Puteri Mahkota Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam hal ini telah menjadi suatu polemik yang terjadi diberbagai kalangan masyarakat Yogyakarta sehingga menimbulkan masyarakat pro, kotra dan netral. Rumus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Persepsi masyarakat Kota Yogyakarta terhadap Sabdaraja Hamengku Buwono Ke-X dalam konflik internal Kraton. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui persepsi masyarakat Kota Yogyakarta terhadap Sabdaraja Hamengku Buwono Ke-X dalam konflik internal Kraton. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif, tehnik-tehnik pengumpulan data yang digunakan dokumentasi, buku-buku dan wawancara. Adapun bertujuan untuk menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, sebagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, atau gambar tentang situasi dan fenomena tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembahasan mengenai Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta Terhadap Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-X Dalam Konflik Internal Keraton. Hasilnya adalah kalangan masyarakat terbagi menjadi tiga kalangan, yaitu kalangan masyarakat pro tehadap polemik sabda raja, kalangan masyarakat kontra tehadap polemik sabda raja, dan kalangan masyarakat netral tehadap polemik sabda raja. Polemik yang terjadi di kalangan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah tangapan masyarakat yang berbeda-beda terhadap keluarnya sabda raja Hamengku Buwono X. Saran persepsi masyarakat kota Yogyakarta terhadap sabda raja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam konflik internal keraton. Masyarakat pro, kontra dan netral tidak boleh terprovokasi dengan munculnya sabda raja yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengku Buwono agar tidak terjadi konflik antar masyarakat kota Yogyakarta.en_US
dc.description.abstractYogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Zelfbestuur landschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I. Latar Belakang dari penelitian ini secara garis besar adalah merespon Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta Terhadap Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-X Dalam Konflik Internal Keraton, mengenai pengangkatan GKR. Pembayun menjadi Puteri Mahkota Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam hal ini telah menjadi suatu polemik yang terjadi diberbagai kalangan masyarakat Yogyakarta sehingga menimbulkan masyarakat pro, kotra dan netral. Rumus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Persepsi masyarakat Kota Yogyakarta terhadap Sabdaraja Hamengku Buwono Ke-X dalam konflik internal Kraton. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui persepsi masyarakat Kota Yogyakarta terhadap Sabdaraja Hamengku Buwono Ke-X dalam konflik internal Kraton. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif, tehnik-tehnik pengumpulan data yang digunakan dokumentasi, buku-buku dan wawancara. Adapun bertujuan untuk menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, sebagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, atau gambar tentang situasi dan fenomena tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembahasan mengenai Persepsi Masyarakat Kota Yogyakarta Terhadap Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-X Dalam Konflik Internal Keraton. Hasilnya adalah kalangan masyarakat terbagi menjadi tiga kalangan, yaitu kalangan masyarakat pro tehadap polemik sabda raja, kalangan masyarakat kontra tehadap polemik sabda raja, dan kalangan masyarakat netral tehadap polemik sabda raja. Polemik yang terjadi di kalangan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah tangapan masyarakat yang berbeda-beda terhadap keluarnya sabda raja Hamengku Buwono X. Saran persepsi masyarakat kota Yogyakarta terhadap sabda raja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam konflik internal keraton. Masyarakat pro, kontra dan netral tidak boleh terprovokasi dengan munculnya sabda raja yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengku Buwono agar tidak terjadi konflik antar masyarakat kota Yogyakarta.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFISIPOL UMYen_US
dc.subjectSABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONOen_US
dc.titleANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE-X DALAM KONFLIK INTERNAL KERATONen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 349en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record