Show simple item record

dc.contributor.advisorSUKMONO, FILOSA GITA
dc.contributor.authorAZZAKI, MUHAMMAD IQBAL
dc.date.accessioned2019-07-15T05:54:34Z
dc.date.available2019-07-15T05:54:34Z
dc.date.issued2018-11-28
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/28041
dc.descriptionIsu-isu yang terkait kalangan minoritas, khususnya etnis Tionghoa di Indonesia, memang bukanlah sebuah hal yang baru. Sejak lama, kalangan minoritas, khususnya etnis Tionghoa, selalu dipandang “sebelah mata” oleh kalangan mayoritas (kaum pribumi Indonesia). Padahal, sejak masa kolonial Barat (Hindia Belanda) hingga merdeka, kalangan minoritas, khususnya etnis Tionghoa, memegang peranan penting untuk Indonesia. Kini, segala perjuangan (dan usaha) yang telah dilakukan dari mereka (kalangan minoritas) seolah-olah ditolak begitu saja oleh kalangan mayoritas, yang lebih mengutamakan perjuangan mereka (kalangan mayoritas) sendiri. Majalah Tempo, melalui edisi khusus tanggal 10-16 Oktober 2016, mengangkat salah satu tokoh dari kalangan minoritas, Soe Hok-gie. Namun, Majalah Tempo mengangkat edisi ini bukan untuk mendukung apa yang dilakukan oleh kalangan minoritas. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni data (data primer maupun sekunder) yang berkaitan dengan penelitian: Majalah Tempo (10-16 Oktober 2016) dan buku-buku yang mendukung penelitian. Serta menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough, yang digunakan untuk meneliti data primer (Majalah Tempo, 10-16 Oktober 2016), yang didukung juga melalui data sekunder (buku-buku pendukung penelitian). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa isu-isu kaum minoritas, khususnya etnis Tionghoa, dalam Majalah Tempo (10-16 Oktober 2016) sebagai “kaum yang terpinggirkan”, serta wacana Soe Hok-gie dalam Majalah Tempo edisi tersebut adalah wacana tentang sosok Hok-gie yang intelektual, kritis, dan idealis murnien_US
dc.description.abstractIssues related to the minority groups, especially Chinese ethnic group in Indonesia are not new things. Minority groups, especially the Chinese ethnic group, have been overlooked by the majority group (Indonesian native people). In fact, minority groups, especially the Chinese ethnic group, have been playing important role for Indonesia. Now, all struggles (and efforts) conducted by them (the minority group) seem to be ignored by the majority group and they prioritize their own struggles (the majority group). Tempo Magazine in the special edition on 10-16 October 2016 discussed one of the minority groups’ public figure, Soe Hok-gie. However, Tempo Magazine issued this edition with no intention to support the actions done by the minority group. The research method is qualitative. The data (primary and secondary) are related to the research of Tempo Magazine (10-16 October 2016) and supporting books. Norman Fairclough’s critical discourse analysis approach was used to do research on the primary data (Tempo Magazine, 10-16 October 2016) supported by secondary data (books related to the research). The research result illustrates that the issues of minority groups, especially Chinese ethnic group in Tempo Magazine (10-16 October 2016) as “the marginalized group” and the discourse of Soe Hok-gie in the edition of Tempo Magazine is a discourse about Soe Hok-gie’s figure who is an intellectual, critical, and pure idealist.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectCritical Discourse, Soe Hok-gie, Tempoen_US
dc.titleWACANA SOSOK SOE HOK-GIE DALAM MAJALAH TEMPOen_US
dc.title.alternativeAnalisis Wacana Kritis pada Edisi 10-16 Oktober 2016en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record