Show simple item record

dc.contributor.advisorKAMARDIANI, DIAH RINA
dc.contributor.advisorSUSANAWATI, SUSANAWATI
dc.contributor.authorWULANDARI, RETNO
dc.date.accessioned2019-08-13T04:04:07Z
dc.date.available2019-08-13T04:04:07Z
dc.date.issued2019-07-24
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/28293
dc.descriptionPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budidaya bawang merah, menghitung biaya, pendapatan dan keuntungan serta menganalisis kelayakan usahatani bawang merah di Desa Selopamioro. Penelitian ini menggunakan data primer hasil dari survei terhadap 35 responden bawang merah dengan perlakuan organik dan 35 rerponden bawang merah konvensional. Data dianalisis menggunakan analisis biaya, pendapatan dan keuntungan serta analisis rasio R/C, produktivitas modal, tenaga kerja dan lahan. Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa di daerah penelian terdapat dua teknik budidaya bawang merah yaitu konvensional dan perlakuan organik. Pada dasarnya teknik budidaya yang diterapkan sama namun hanya berbeda pada penggunaan pupuk dan pestisida. Bawang merah perlakuan organik hanya menggunakan pupuk dan pestisida perlakuan organik saja. Usahatani bawang merah konvensional dan perlakuan organik pada luasan lahan 1 hektar membutuhkan biaya usahatani bawang merah konvensional sebesar Rp 108.144.664 dan bawang merah perlakuan organik sebesar Rp 75.113.019. Pendapatan usahatani bawang merah konvensional sebesar Rp 104.448.410 dan perlakuan organik sebesar Rp 109.245.669. Keuntungan yang didapat usahatani bawang merah konvensional sebesar Rp 85.570.302 dan perlakuan organik sebesar Rp 96.178.001. Dilihat dari kelayakan usahatani bawang merah perlakuan organik lebih layak dibandingkan dengan usahatani bawang merah konvensionalen_US
dc.description.abstractThis study aims to describe shallot cultivation, calculate costs, income and profits and analyze the feasibility of shallot farming in Selopamioro Village. This study used primary data from the survey of 35 onion respondents with organic treatment and 35 conventional shallots. Data were analyzed using cost, income and profit analysis as well as R/C ratio analysis, capital productivity, labor and land. The results showed that in the study area there were two techniques of shallot cultivation, namely conventional and organic treatments. Basically the cultivation techniques applied are the same but only differ in the use of fertilizers and pesticides. Organic onions only use organic fertilizer and pesticides only. Conventional shallot farming and organic treatment on 1 hectare land area requires conventional shallot farming costs of Rp 108,144,664 and organic shallots for Rp 75,113,019. The conventional onion farming income is Rp. 104,448,410 and organic treatment is Rp. 109,245,669. The advantage of conventional shallot farming is Rp. 85,570,302 and organic treatment is Rp. 96,178,001. Judging from the feasibility of onion farming, organic treatment is more feasible compared to conventional shallot farming.en_US
dc.publisherFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectred onion, feasibility, profit, income, farmingen_US
dc.titleANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTULen_US
dc.typeThesis SKR FP 78en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record