Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorMIRANDA, CICA
dc.date.accessioned2019-10-03T03:19:46Z
dc.date.available2019-10-03T03:19:46Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/29332
dc.descriptionSeperti yang diketahui bahwa Indonesia menerapkan Sistem Demokrasi. Pada tahun 2004 untuk pertama kalinya Indonesia melakukan pemilihan presiden secara langsung, yang kemudian dilakukan kembali pada tahun 2009 dan 2014. Pemilihan umum merupakan bentuk dari pesta demokrasi. Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo adalah pemimpin yang lahir dari pesta demokrasi, kedua pemimpin ini dipilih langsung oleh rakyat Indonesia melalui pemilihan umum presiden. Salah satu ciri dari demokrasi adalah adanya keterlibatan rakyat atau partisipasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan gaya kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo dalam perspektif kepemimpinan demokratis. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Analisis dan pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara yang didapatkan dilapangan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Susilo Bambang Yudhoyono memiliki gaya kepemimpinan yang didasarkan pada kepribadian beliau sendiri. Dan memiliki ciri kepemimpinan demokratis, beliau sangat menjunjung tinggi dalam hal kebebasan berpendapat. Strategi kepemimpinan beliau dikenal dengan istilah “Gelembung Bocor”. Diibaratkan sebuah gelembung, semakin keatas maka akan pecah dengan sendirinya. Siapapun diperbolehkan mengkritik pemerintah, sampai capek dengan sendirinya dan tidak dibatasi dalam penyampaian kritikan. Sedangkan Joko Widodo beliau mengadopsi dari gaya kepemimpinan Jawa “Ing Ngarsa Sung Talada” atau lebih kita kenal dengan istilah “Tut Wuri Handayani”. Yang harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Berbeda halnya dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo kurang menjunjung tinggi dalam hal kebebasan berpendapat. Dalam beberapa kasus penyampaian pendapat melalui media sosial dalam bentuk “meme” selalu terkena UU IT, padahal dalam sistem demokrasi kebebasan berpendapat sangatlah dijunjung tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan ciri dari kepemimpinan demokratis, yaitu dengan menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Sedangkan presiden Joko Widodo belum melakukan ciri dari kepemimpinan demokratis, karena kurangnya menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Adapun salah satu ciri dari sistem demokrasi adalah kebebasan dalam berpendapat.en_US
dc.description.abstractSeperti yang diketahui bahwa Indonesia menerapkan Sistem Demokrasi. Pada tahun 2004 untuk pertama kalinya Indonesia melakukan pemilihan presiden secara langsung, yang kemudian dilakukan kembali pada tahun 2009 dan 2014. Pemilihan umum merupakan bentuk dari pesta demokrasi. Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo adalah pemimpin yang lahir dari pesta demokrasi, kedua pemimpin ini dipilih langsung oleh rakyat Indonesia melalui pemilihan umum presiden. Salah satu ciri dari demokrasi adalah adanya keterlibatan rakyat atau partisipasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan gaya kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo dalam perspektif kepemimpinan demokratis. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Analisis dan pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara yang didapatkan dilapangan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Susilo Bambang Yudhoyono memiliki gaya kepemimpinan yang didasarkan pada kepribadian beliau sendiri. Dan memiliki ciri kepemimpinan demokratis, beliau sangat menjunjung tinggi dalam hal kebebasan berpendapat. Strategi kepemimpinan beliau dikenal dengan istilah “Gelembung Bocor”. Diibaratkan sebuah gelembung, semakin keatas maka akan pecah dengan sendirinya. Siapapun diperbolehkan mengkritik pemerintah, sampai capek dengan sendirinya dan tidak dibatasi dalam penyampaian kritikan. Sedangkan Joko Widodo beliau mengadopsi dari gaya kepemimpinan Jawa “Ing Ngarsa Sung Talada” atau lebih kita kenal dengan istilah “Tut Wuri Handayani”. Yang harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Berbeda halnya dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo kurang menjunjung tinggi dalam hal kebebasan berpendapat. Dalam beberapa kasus penyampaian pendapat melalui media sosial dalam bentuk “meme” selalu terkena UU IT, padahal dalam sistem demokrasi kebebasan berpendapat sangatlah dijunjung tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan ciri dari kepemimpinan demokratis, yaitu dengan menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Sedangkan presiden Joko Widodo belum melakukan ciri dari kepemimpinan demokratis, karena kurangnya menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Adapun salah satu ciri dari sistem demokrasi adalah kebebasan dalam berpendapat.en_US
dc.publisherFISIP UMYen_US
dc.subjectKEPEMIMPINANen_US
dc.subjectDEMOKRASIen_US
dc.subjectPRESIDENen_US
dc.subjectDAN SBY & JOKOWIen_US
dc.titleKOMPARASI GAYA KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN JOKO WIDODO DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN DEMOKRATISen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 297en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record