Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-09-27T23:10:49Z
dc.date.available2016-09-27T23:10:49Z
dc.date.issued2014-05
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3111
dc.description.abstractAhmad Syauqi Beik (w. 1932) , seorang sasterawan Mesir, pernah menulis sebuah ungkapan kalimat yang sangat terkenal hingga kini: “Innamâ al-al-umamu al-akhlâqu mâ baqiyat, fa in humû dzahabat akhlâquhum dzahabû”, yang kurang lebih bermakna: “jatuh bangunnya suatu bangsa disebabkan oleh akhlaqnya. Jika runtuh akhlaq-nya, maka hancur pula bangsa itu.” Ungkapan itu, sbenernya metupakan warning (peringatan dini) bagi bangsa Mesir, yang pada saat itu menampakkan gejala dekadensi moral. Saat ini, ungkapan itu masih relevan untuk dinyatakan kembali, karena bangsa Mesir, kini masih menampilkan gejala yang kurang-lebih tidak berbeda dengan bangsa Mesir pada saat ungkapan itu dinyatakan, bahkan juga relevan untuk dinyatakan kepada bangsa Indonesia saat ini. Sementara itu, Ibnu Khaldun -- dalam salah satu karyanya -- Muqaddimah -- menyatakan bahwa bangsa “terjajah” cenderung mengikuti budaya “penjajahnya”. Dan, siapa yang kini tengah terjajah dan menjajahnya? Kita pun tengah menyaksikan di depan mata kita sendiri. Kita tidak perlu malu untuk mengatakan bahwa ‘kita’ pun kini tengah terjajah, karena adanya indikator penting: “cenderung mengikuti budaya Barat, yang tengah menjajah diri kita”.
dc.publisherSUARA MUHAMMADIYAHen_US
dc.subjectMURU'AHen_US
dc.titleSAATNYA MENGEDEPANKAN MURU'AHen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record