Show simple item record

dc.contributor.advisorAL-FADHAT, MUHAMMAD FARIS
dc.contributor.authorBAHARI, DIANA MUTIARA
dc.date.accessioned2020-01-28T02:42:00Z
dc.date.available2020-01-28T02:42:00Z
dc.date.issued2020-01-04
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/31341
dc.descriptionVisi Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, menempatkan sektor infrastruktur menjadi elemen paling penting untuk mewujudkan visi tersebut. Stok infrastruktur yang dimiliki oleh Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara Singapura dan Malaysia. Hal tersebut yang menjadikan Indonesia perlu untuk mengembangkan sejumlah infrastruktur guna mendorong terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia. Upaya-upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam mengembangkan infrastruktur adalah dengan membangun sejumlah pelabuhan, tol laut dan kereta cepat. Hal itu dilakukan Presiden Joko Widodo agar wilayah Indonesia saling terintegrasi satu sama lain. Akan tetapi, dalam upaya pengembangan sejumlah infrastruktur, Pemerintah Indonesia mengalami kendala yaitu terkait pembiayaan proyek infrastruktur tersebut. Sehingga Presiden Joko Widodo dalam masa pemerintahannya berfokus untuk menarik sejumlah investor asing untuk membiayai sejumlah proyek infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Dari beberapa negara yang berinvestasi di Indonesia, China memiliki kebijakan yang sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yaitu Kebijakan One Belt One Road (OBOR). Untuk mendorong kebijakan OBOR tersebut, China secara agresif dan proaktif menawarkan investasi dalam bidang infrastruktur di Indonesia. Sikap keagresifitasan China ditunjukkan ketika Presiden China, Xi Jinping, melakukan negosiasi langsung kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo. Dalam proses negosiasi tersebut, China berusaha untuk meyakinkan Indonesia mengenai investasinya di bidang infrastruktur yang akan membantu Indonesia dalam mewujudkan poros maritim dunia. Sedangkan sikap proaktif China ditunjukkan ketika China menawarkan pembiayaan pada sejumlah proyek infrastruktur Indonesia seperti dalam pembangunan pelabuhan, tol laut dan kereta cepat. Adanya kesamaan kepentingan antara Indonesia dan China serta sikap agresifitas dan proaktif China yang kemudian membuat Presiden Joko Widodo memilih China sebagai mitra kerjasama dalam meningkatkan Infrastruktur di Indonesia.en_US
dc.description.abstractVisi Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, menempatkan sektor infrastruktur menjadi elemen paling penting untuk mewujudkan visi tersebut. Stok infrastruktur yang dimiliki oleh Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara Singapura dan Malaysia. Hal tersebut yang menjadikan Indonesia perlu untuk mengembangkan sejumlah infrastruktur guna mendorong terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia. Upaya-upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam mengembangkan infrastruktur adalah dengan membangun sejumlah pelabuhan, tol laut dan kereta cepat. Hal itu dilakukan Presiden Joko Widodo agar wilayah Indonesia saling terintegrasi satu sama lain. Akan tetapi, dalam upaya pengembangan sejumlah infrastruktur, Pemerintah Indonesia mengalami kendala yaitu terkait pembiayaan proyek infrastruktur tersebut. Sehingga Presiden Joko Widodo dalam masa pemerintahannya berfokus untuk menarik sejumlah investor asing untuk membiayai sejumlah proyek infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Dari beberapa negara yang berinvestasi di Indonesia, China memiliki kebijakan yang sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yaitu Kebijakan One Belt One Road (OBOR). Untuk mendorong kebijakan OBOR tersebut, China secara agresif dan proaktif menawarkan investasi dalam bidang infrastruktur di Indonesia. Sikap keagresifitasan China ditunjukkan ketika Presiden China, Xi Jinping, melakukan negosiasi langsung kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo. Dalam proses negosiasi tersebut, China berusaha untuk meyakinkan Indonesia mengenai investasinya di bidang infrastruktur yang akan membantu Indonesia dalam mewujudkan poros maritim dunia. Sedangkan sikap proaktif China ditunjukkan ketika China menawarkan pembiayaan pada sejumlah proyek infrastruktur Indonesia seperti dalam pembangunan pelabuhan, tol laut dan kereta cepat. Adanya kesamaan kepentingan antara Indonesia dan China serta sikap agresifitas dan proaktif China yang kemudian membuat Presiden Joko Widodo memilih China sebagai mitra kerjasama dalam meningkatkan Infrastruktur di Indonesia.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectUpaya-upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodoen_US
dc.titleKERJASAMA INDONESIA-CHINA DALAM BIDANG INFRASTRUKTUR ERA PRESIDEN JOKO WIDODOen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 68en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record