Show simple item record

dc.contributor.authorKHILMIYAH, AKIF
dc.contributor.authorHAPSARI, TWEDIANA BUDI
dc.date.accessioned2016-09-28T02:49:55Z
dc.date.available2016-09-28T02:49:55Z
dc.date.issued2010-10-18
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3165
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap mengapa guru perempuan banyak mengalami stres kerja. Apa saja bentuk-bentuk stres yang dialami guru perempuan, Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja guru perempuan, Apakah terdapat faktor ketidakadilan gender yang turut memicu stres kerja pada guru perempuan, dan bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi stres kerja pada guru perempuan di kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif dengan paradigma phenomenologi dan menggunakan model etnografi dengan pendekatan psikologi budaya. Untuk mengkaji ketidakadilan gender pola pembagian kerja di tempat kerja (sekolah) dengan menggunakan analisis gender model Harvard, yang mengungkap: kegiatan, akses, kontrol, dan manfaat, yang terkandung dalam pola hubungan kerja guru pria dan guru wanita. Metode penelitian secara lebih jauh dan mendalam dengan menggunakan depth interview.Subyek dalam penelitian ini adalah guru perempuan yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, yang mengalami stress kerja dari berbagai tingkat jenjang pendidikan yang tinggal di wilayah Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada karakteristik informan yang dibutuhkan, yakni: jenjang TK, SD, SMP, SMA. Syarat informan tiap jenjang adalah guru perempuan yang mengalami stres kerja. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama,.Alasan yang membuat perempuan senang bekerja sebagai guru adalah karena mampu mengaktualisasikan diri, dapat bersosialisasi dengan teman sejawat, mampu menambah pendapatan keluarga dan mendapatkan kebahagiaan batin karena mampu mendidik anak menjadi anak yang pandai dan sopan. Kedua,Bentuk-bentuk stres kerja yang dialami guru perempuan meliputi: (1). Stres fisik, yakni berupa sering mudah kecapekan,mudah keringat dingin, pusing dan sakit perut, mudah merasa capek jika menghadapi anak yang bandel atau menghadapi tugas administrasi yang menumpuk dan harus segera selesai, sementara tidak menguasai tehnologi informasi. (2). Stres psikis, yang berupa mudah marah, kesal, sering merasa bingung kalau anak sedang sakit, mudah emosional pada bawahan yang tidak menyelesaikan tugas dengan baik, marah pada teman yang tidak bisa bekerjasama, marah pada siswa yang bandel, bodoh dan kesal pada atasan yang otoriter. Ketiga, Faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja guru perempuan di Kasihan adalah (1). Adanya tugas pekerjaan rumah dan kantor yang bersamaan, (2). Penegakan disiplin di kantor yang ketat, (3). Memenuhi Tuntutan Karir sertifikasi dan kenaikan pangkat, (4). Keharusan menjemput anak lebih awal bersamaan dengan jadwal mengajar, (5). Punya anak kecil dan pembantu pulang, (6). Sikap atasan yang otoriter, (7). Teman dan suasana kantor yang tidak nyaman, (8). Menghadapi kenaikan pangkat atau jabatan. Keempat, Faktor ketidakadilan gender yang turut memicu stres kerja pada guru perempuan di Kasihan Bantul adalah (1). Adanya beban ganda yang dirasakan, karena tuntutan pekerjaan rumah tangga dan penyelesaian tugas kantor dilakukan sendiri.(2). Direndahkan karena dianggap kolot dan tidak mengerti teknologi. (3). Adanya anggapan guru perempuan hanya menonjolkan emosi tidak bisa berfikir secara rasional, (4). Adanya kekerasan psikis atau kekerasan verbal yang dilakukan oleh atasannya maupun teman sejawatnya. (5). Hanya sebagian kecil dari informan yang menyatakan terkena upaya peminggiran atau pemiskinan yang dilakukan oleh atasan atau teman sejawat di kantor. Kelima, Solusi yang tepat untuk mengatasi stres kerja pada guru perempuan di Kasihan Bantul adalah(1). Faktor perbedaan usia, dengan cara yang muda menghormati yang tua, yang tua member tauladan pada yang muda. (2). perbedaan watak dilakukan dengan cara: bersikap sabar, terbuka, bertanggung jawab, saling peduli untuk mengingatkan, tetapi jika tidak bisa mengingatkan sebaiknya menghindar dari kedekatan dengan yang berwatak keras dan menyakitkan. (3). Faktor perbedaan watak , dengan cara: bersikap sabar, terbuka, bertanggung jawab, saling peduli untuk mengingatkan, tetapi jika tidak bisa mengingatkan sebaiknya menghindar dari kedekatan dengan yang berwatak keras dan menyakitkan. (4).Faktor kesehatan, jika sakitnya ringan tetap berangkat kerja dan curhat pada teman dekat, tetapi kalau agak berat sakitnya ijin sesama teman atau ke atasan. (5). Faktor beban tugas bersamaan antara tuhgas karir di sekolah dan tugas ibu rumah tangga di kerluarga. dengan membiasakan diri membuat skala prioritas pekerjaan yang harus dikerjakan.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Yogyakartaen_US
dc.subjectstres kerjaen_US
dc.subjectguru perempuanen_US
dc.titleSTRES KERJA GURU PEREMPUAN DI KECAMATAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTAen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • JURNAL
    Berisi tulisan dosen dalam yang telah dimuat dalam jurnal nasional maupun internasional yang tidak diterbitkan oleh UMY. Diharapkan menambahkan link dari jurnal yang asli dalam diskripsinya.maupun internasional

Show simple item record