Show simple item record

dc.contributor.authorFauzan, Aris
dc.contributor.authorSamsudin, Mohamad
dc.date.accessioned2020-05-02T03:51:19Z
dc.date.available2020-05-02T03:51:19Z
dc.date.issued2019-12-14
dc.identifier.citationfootnoteen_US
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/33033
dc.descriptionKebagahia itu ditentukan oleh cara pandang seseorang tentang suatu gejala, obyek, simbol, dan peristiwa. Semua terpusat pada cara berpikir manusia.en_US
dc.description.abstractArtikel ini berusaha untuk mengungkap sejarah sosial Ki Ageng Suryamentaram dan pemikirannya tentang kebahagiaan pada Mawas Diri Mawas Diri yang menjadi salah satu sub bab dalam Kawruh Jiwa. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menerjemah, melakukan penelaahan, dan menganalisis secara filosofis. Adapun temuan yang bisa peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah: pertama, Mawas Diri adalah upaya langsung dan terus menerus dalam membaca dan memahami diri baik secara fisik maupun psikhis. Kedua, Upaya mawas diri ini harus terus berlanjut dan saling berkesinambungan atas diri seseorang keluar dari code, concept, dan context, dan kemudian harus diakhiri sebagai conductor. Code, kode, kehadiran manusia dalam hidup kode apapun yang melekat dalam pimikirannya perasaannya maupun dalam pengalamannya yang dipengaruhi oleh orang-orang sebelumnya dan budaya setempat di mana ia tumbuh dalam bentuk kebahagiaan buatan (created happiness), seseorang harus keluar dari kode lingkungannya. Konsep (consept) ketika manusia sudah mampu melepaskan dari kode, langkah berikutnya dia harus melepaskan diri dari konsep-konsep atau pengetahuan yang menjajahnya. Konsep kebahagiaan, bukanlah realitas kebahagiaan. Konteks (context) setelah seseorang melepaskan diri dari konsep, maka dia harus lahir sebagai pribadi yang merdeka dalam konteks. Keadaan ini mirip dengan pertemuan antara air dengan minyak, atau bagaikan air di daun talas. Bersatu tetapi tidak saling mempengaruhi. Manusia bisa melepaskan diri dari situasi kode dan konsep inilah manusia yang telah menemukan dirinya sendiri, manungsa tanpa ciri. Tahapan yang terakhir, ini yang tidak disebut oleh Ki Ageng Suryamentaram, bahwa manusia harus menjadi konduktor (conductor), menjadikan pengelola berbagai macam situasi sebagaimana seorang arranger musik orkestra sebagai puncak kebahagiaan.en_US
dc.description.sponsorshipUMYen_US
dc.publisherPanitia APPTMA KN ke-9 UM Malangen_US
dc.relation.ispartofseriesMakalah Seminar;7
dc.subjectKebahagiaanen_US
dc.subjectFilsafat Analitisen_US
dc.subjectBuku Kawruh Jiwaen_US
dc.subjectKi Ageng Suryamentaramen_US
dc.titleKUNCI KEBAHAGIAAN DALAM TEKS MAWAS DIRIen_US
dc.title.alternativeTelaah Filsafat Analitis pada Buku Kawruh Jiwa karya Ki Ageng Suryamentaramen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • SEMINAR
    Berisi materi dosen (bukan sertifikat) yang dipresentasikan dalam seminar lokal, nasional maupun internasional diluar UMY, baik sebagai perserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record