dc.description.abstract | Artikel ini berusaha untuk mengungkap sejarah sosial Ki Ageng Suryamentaram dan pemikirannya tentang kebahagiaan pada Mawas Diri Mawas Diri yang menjadi salah satu sub bab dalam Kawruh Jiwa.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menerjemah, melakukan penelaahan, dan menganalisis secara filosofis.
Adapun temuan yang bisa peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah: pertama, Mawas Diri adalah upaya langsung dan terus menerus dalam membaca dan memahami diri baik secara fisik maupun psikhis. Kedua, Upaya mawas diri ini harus terus berlanjut dan saling berkesinambungan atas diri seseorang keluar dari code, concept, dan context, dan kemudian harus diakhiri sebagai conductor. Code, kode, kehadiran manusia dalam hidup kode apapun yang melekat dalam pimikirannya perasaannya maupun dalam pengalamannya yang dipengaruhi oleh orang-orang sebelumnya dan budaya setempat di mana ia tumbuh dalam bentuk kebahagiaan buatan (created happiness), seseorang harus keluar dari kode lingkungannya. Konsep (consept) ketika manusia sudah mampu melepaskan dari kode, langkah berikutnya dia harus melepaskan diri dari konsep-konsep atau pengetahuan yang menjajahnya. Konsep kebahagiaan, bukanlah realitas kebahagiaan. Konteks (context) setelah seseorang melepaskan diri dari konsep, maka dia harus lahir sebagai pribadi yang merdeka dalam konteks. Keadaan ini mirip dengan pertemuan antara air dengan minyak, atau bagaikan air di daun talas. Bersatu tetapi tidak saling mempengaruhi. Manusia bisa melepaskan diri dari situasi kode dan konsep inilah manusia yang telah menemukan dirinya sendiri, manungsa tanpa ciri. Tahapan yang terakhir, ini yang tidak disebut oleh Ki Ageng Suryamentaram, bahwa manusia harus menjadi konduktor (conductor), menjadikan pengelola berbagai macam situasi sebagaimana seorang arranger musik orkestra sebagai puncak kebahagiaan. | en_US |