Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-09-28T10:37:37Z
dc.date.available2016-09-28T10:37:37Z
dc.date.issued2012-09
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3321
dc.description.abstractSeorang pemimpin selalu menyandang dua predikat: khalîfah dan imâm. Dalam bahasa Indonesia, arti kedua kata itu sama: pemimpin atau penguasa. Tetapi secara hakiki, maknanya berbeda. Kata khalîfah berakar dari kata khalafa. Artinya, menunjuk pada seseorang yang berada 'di belakang'. Itulah sebabnya mengapa khalîfah dimaknai sebagai seseorang yang menggantikan tokoh yang ada 'di depan' (pendahulunya). Seorang pemimpin disebut khalîfatullâh, karena dia berada ’di belakang Allah’, dalam pengertian mewakili Allah dalam memimpin manusia yang dipimpinnya, sehingga dia harus mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya kepada Allah. Sedangkan kata imâm adalah orang yang ada 'di depan.' Kata ini sering dimaknai sebagai tokoh teladan: terdepan dalam segala tingkah-laku kebaikan, santun, terpuji, bermoral tinggi, bijaksana, rendah hati, dan yang paling utama: memiliki keimanan dan ketakwaan yang memadai sebagai ’Sang Teladan’ bagi orang-orang yang dipimpinnya, sehingga dirinya bisa menjadi panutan yang sejati bagi rakyatnya, karena keputusan dan kebijakannya yang selalu pro-mashlahah dan anti-mafsadah bagi rakyat yang dipimpinnya.
dc.publisherSUARA MUHAMMADIYAH
dc.subjectPEMIMPIN BUKAN PENGUASAen_US
dc.titleJADILAH PEMIMPIN DAN BUKAN PENGUASAen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record