Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-09-28T12:39:07Z
dc.date.available2016-09-28T12:39:07Z
dc.date.issued2011-10
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3357
dc.description.abstractRasulullah s.a.w. yang pernah hidup dalam budaya feodal kaum Jahiliyah, mengalami kondisi yang sama. Begitu naifnya hubungan sosial kemanusian umat manusia ketika itu. Kelas-kelas elit bangsawan kafir Quraish dengan seenaknya melakukan penindasan, perampasan hak dan penghancuran kehormatan kaum para, sehingga kelas masyarakat yang kemudian lebih kita kenal sebagai kaum mustazh’afîn dan – utamanya -- kalangan hamba sahaya merasakan kehidupan yang paling menyengsarakan dan penuh penderitaan. Hubungan kaya-miskin, misalnya telah membentuk dua kutub ekstrem yang -- pada akhirnya -- melahirkan hubungan patron-client (tuan-budak) yang jauh dari prinsip musâwât (persamaan hal dan kewajiban) di antara mereka. Mereka yang berada dalam pinggiran peradaban praktis kehilangan seluruh hak-hak sosial-kemanusianya, karena arogansi kaum elitnya. Kesewenang-wenangan kaum elit terhadap ’mereka’ yang berada dalam genggaman pengaruhnya telah menjadi potret buram hubungan sosial-kemanusian umat manusia dari masa ke masa. Sulit rasanya bagai kaum papa untuk meneguk impian kerinduan mereka untuk duduk-setara bersama di atas permadani kaum elit. Semua bahkan telah menjadi sebuah mimpi di siang bolong.
dc.publisherSUARA MUHAMMADIYAHen_US
dc.subjectMEMANDANG RENDAHen_US
dc.titleJANGAN MEMANDANG RENDAHen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record