Show simple item record

dc.contributor.authorIndriastuti, Nur Azizah
dc.contributor.authorOktafia, Riski
dc.contributor.authorAviani, Agista Wulan
dc.contributor.authorAstuti, Aisyah Yuli
dc.date.accessioned2021-04-20T23:36:08Z
dc.date.available2021-04-20T23:36:08Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/36375
dc.description.abstractPertumbuhan penduduk di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk yang semakin meningkat bisa menjadi masalah besar untuk setiap negara. Hal tersebut bisa berpengaruh besar terhadap kemiskinan, kriminalitas yang tinggi, dan tingkat kematian ibu atau anak (Sunarsih et al., 2015). Dari data pertumbuhan penduduk dunia, di Indonesia juga mengalami peningkatan terlihat dari data sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, (2020) menunjukkan bahwa tahun 2010 terdapat 238 juta jiwa, hingga pada tahun 2020 sudah mencapai 271 juta jiwa. salah satu provinsi yang terdampak dari peningkatan penduduk di Indonesia adalah DIY, dilihat dari data tahun 2010 terdapat 3,4 juta jiwa, pada tahun 2020 ini sudah mencapai 3,8 juta jiwa. Sensus penduduk juga dilakukan di Kabupaten Bantul oleh BPS Bantul, (2019) data menunjukan peningkatan penduduk pada tahun 2010 terdapat 760 ribu jiwa hingga pada tahun 2018 sudah mencapai 1 juta jiwa. Upaya pemerintah Indonesia untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB). Dalam program ini seluruh lapisan masyarakat dihimbau untuk mengikuti strategi pemerintah dengan menggunakan kontrasepsi, terutama Wanita Usia Subur (WUS) yang masih dalam masa reproduksi menghasilkan keturunan (Aryati et al., 2019). Menurut World Health Organization WHO, (2015) menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi di seluruh dunia menunjukkan angka lebih dari 4 juta pengguna atau sekitar 45%. Berdasarkan riset Kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI, (2018a), jumlah WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia tenggara dengan presentase 70%. Di Provinsi DIY terdapat 74.8% WUS yang menggunakan alat kontrasepsi, Kabupaten bantul sendiri memiliki 27,9% WUS menggunakan kontasepsi (BPS DIY, 2019). Desa Bangunjiwo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Desa Bangunjiwo merupakan desa dengan luas paling luas dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Kasihan yaitu dengan luas wilayah sebesar 1.543 Ha dan kepadatan penduduk/km2 adalah 1.622,3. Dilihat dari data dimana jumlah keluarga di Desa Bangunjiuwo yang berjumlah 8.284 keluarga terdapat sebanyak 4.816 PUS (Pasangan Usia Subur) dan dari 4.816 PUS tersebut sebanyak 3.653 telah menggunakan akseptor KB aktif. Dari data tersebut menunjukan bahwa dari masyarakat luas yang ada di Indonesia belum semua mengikuti program keluarga berencana (KB). Sebagai tenaga medis, edukasi dini terkait dengan Program KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi ini harus kita perkenalkan oleh pasangan usia subur sehingga dapat memberikan pengetahuan serta membantu pemerintah dalam menjalankan program Keluarga Berencana serta Penggunaan Alat Kontrasepsi yang aman untuk mengendalikan jumlah kelahiran di indonesia.en_US
dc.subjectEdukasi, Program keluarga berencana (KB), Alat Kontrasepsi, Pasangan Usia Subur (PUS)en_US
dc.titleEdukasi program keluarga berencana dan penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur (WUS) di pedukuhan Ngentak, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record