Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-10-02T00:23:19Z
dc.date.available2016-10-02T00:23:19Z
dc.date.issued2016-10
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/4396
dc.description.abstractSAAT ini, tidak sedikit ‘orang’ yang -- karena merasa memiliki kemampuan tertentu – ‘mewartakan’ diri sebagai peruqyah. Bahkan, ‘Dia’ selalu ‘unjuk diri’, serta mewartakan dan menyebarluaskan dengan berbagai iklan bahwa ‘dirinya’ adalah seorang peruqyah yang mâsyâallâh (baca: ‘hebat’). Tindakan ini, menurut pendapat saya – merupakan bagian dari “kesombongan”. Mereka – para pewarta itu – sedikit pun tidak mungkin menjamin apa pun kepada siapa pun dengan ruqyahnya. Karena ‘ruqyah’ itu adalah ‘doa’, yng berfungsi sekadar sebagai obat (syifâ’), dan bukan penyembuh (asy-Syâfî). Ingat … hanya Allahlah ‘Sang Penyembuh’ (asy-Syâfî). Kita, manusia yang dha’îf ini, tak bisa menjamin kesembuhan kepaada siapa pun dengan obat apa pun, termasuk dengan ‘ruqyah’en_US
dc.publisherFAI - UMYen_US
dc.subjectFUQYAHen_US
dc.subjectAQIDAH
dc.titleBERHATI-HATILAH PARA PERUQYAH DAN PEMINTA RUQYAHen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record