MEMAHAMI HAKIKAT TAUHID
dc.contributor.author | HARIYANTO, MUHSIN | |
dc.date.accessioned | 2016-10-11T05:29:50Z | |
dc.date.available | 2016-10-11T05:29:50Z | |
dc.date.issued | 2007-11-16 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/4825 | |
dc.description.abstract | SUBHĀNALLĀHI ‘AMMĀ YUSYRIKÛN. Inilah ‘bagian akhir dari QS Ath-Thûr/52: 43 dan QS Al-Hasyr/59: 23. Dua ayat itu ‘menegaskan’, bahwa Allah tak memiliki sekutu dan tak pantas disekutukan dengan apa dan siapa pun. Segala pemikiran, sikap dan perilaku yang mengindikasikan ‘penyekutuan’ terhadap Allah adalah ‘syirik’, dan ketika penyukutuan itu sudah menjadi sebuah ‘keyakinan’, maka ‘keyakinan’ tiu pun mengakibatkan siapa pun layak disebut ‘musyrik’ | en_US |
dc.publisher | UNIRES UMY | en_US |
dc.subject | AQIDAH | en_US |
dc.title | MEMAHAMI HAKIKAT TAUHID | en_US |
dc.type | Article | en_US |