Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-10-20T22:39:15Z
dc.date.available2016-10-20T22:39:15Z
dc.date.issued2016-10-21
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/5258
dc.description.abstractDi suatu kesempatan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan ‘warning’ (peringatan dini) kepada umatnya agar berhati-hati terhadap Ruwaibidhah, simbolisasi seseorang yang ‘berlagak pakar, padahal tidak memiliki otoritas untuk berfatwa. Dia, bak “tong kosong (yang) -- dalam terminologi ‘Aidh al-Qarni -- disebut sebagai: al-Ahmaq, seorang yang bodoh namun tidak sadar akan kebodohannya, maka dia lebih tepat disebut sebagai orang ‘pandir’, dan inilah yang disebut oleh para ulama sebagai “Jâhil Murakkab” (orang yang sangat bodoh). Seorang Ruwaibidhah akan selalu mencitrakan diri sebagai seorang pakar, memerankan dirinya sebagai ‘pengumbar fatwa’ yang berdusta atas nama kebenaran, yang karena kepiawainnya membangun citra dan kehebatan retorikanya dirinya menjadi (seolah-olah) ‘Sang Maestro’ pada bidangnya. Karena di’blow-up’ oleh berbagai media, pendapatnya dikutip oleh para muqallid (pengikut setianya)-nya dengan satu keyakinan bahwa apa pun yang dikatakannya selalu benar, atau mininal lebih otoritatif dari siapa pun yang sebenarnya lebih memiliki otoritas dalam bidangnya.en_US
dc.publisherUNIRES UMYen_US
dc.subjectAQIDAHen_US
dc.titleSEKALI LAGI: “MENYIKAPI FENOMENA RUWAIBIDHAH”en_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record