dc.contributor.author | SOBAR, M | |
dc.contributor.author | LISTIONO, LISTIONO | |
dc.date.accessioned | 2016-11-07T06:38:39Z | |
dc.date.available | 2016-11-07T06:38:39Z | |
dc.date.issued | 2015-12 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/5973 | |
dc.description | Fokus utama dalam penelitan ini adalah pengaruh gejolak moneter yang terdiri dari variabel inflasi, BI Rate, nilai tukar Rupiah, serta jumlah uang yang beredar (M2) terhadap variabel kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah. Data yang digunakan adalah periode Januari 2007 hingga Desember 2014.Dalam menghadapi gejolak moneter perbankan syariah memiliki respon yang berbeda dibandingkan dengan perbankan konvensional, padahal respon yang berbeda akan berpengaruh terhadap dampak yang ditumbulkan. Oleh karena itu rumusan diatas dapat kita susun dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh gejolak moneter terhadap kredit pada bank
konvensional ?
2. Bagaimana pengaruh gejolak moneter terhadap pembiayaaan pada
bank syariah ?
3. Bagaimana respon kredit pada bank konvensional dan pembiayaan
pada bank syariah terhadap gejolak moneter?Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis pengaruh gejolak moneter terhadap kredit pada bank konvensional dan
pembiayaan pada bank syariah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil dari analisis jangka pendek variabel JUB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit, sedangkan variabel inflasi, BI Rate, dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit. Disisi lain
dalam jangka pendek seluruh variabel yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Sementara itu variabel Inflasi, JUB dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap kredit dan pambiayaan.
2. Hasil dari analisis Impulse Response menunjukkan bahwa shock yang terjadi pada variabel BI Rate direspon positif oleh kredit dan mulai stabil pada periode ke-23. Sedangkan pembiayaan merespon negatif dan stabil pada periode ke-27. Guncangan yang terjadi pada variabel inflasi direspon positif oleh kredit dan pembiayaan. Pembiayaan lebih cepat stabil dalam merespon guncangan tersebut dari pada kredit, yaitu masing-masing pada periode 33 dan periode 35. Sementara itu guncangan yang terjadi pada variabel JUB juga direspon negatif oleh kredit dan pembiayaan, pembiayaan lebih cepat stabil dari pada kredit, yaitu masing-masing pada periode ke-17 dan periode ke-25. Shock yang terjadi pada variabel Kurs direspon positif oleh kredit pada periode awal dan stabil pada periode ke-27. Disisi lain shock yang terjadi pada Kurs direspon negatif oleh pembiayaan dan mulai stabil pada periode ke-18. Dengan demikian dalam merespon gejolak yang terjadi pada variabel kurs, pembiayaan lebih cepat stabil dari pada pembiayaan.
3. Hasil Variance Decomposition menunjukkan bahwa perilaku kredit
paling utama dipengaruhi oleh JUB dengan kontribusi sebesar 9,82 persen, BI Rate dengan kontribusi sebesar 4,99 persen, Kurs sebesar 1,31 persen dan terakhir inflasi berkontribusi sebesar 0,06 persen. Sementara itu perilaku pembiayaan paling utama dipengaruhi oleh JUB dengan kontribusi sebesar 2,09 persen, Kurs sebesar 1,90 persen, inflasi sebesar 0,06 persen dan terakhir BI Rate yang memberikan kontribusi sebesar 0,05 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel BI Rate, inflasi, JUB dan kurs berkontribusi lebih besar terhadap kredit dari pada pembiayaan, hal ini sesuai prosentase kontribusi diatas. Dengan demikian gejolak yang terjadi pada variabel moneter lebih berpengaruh terhadap kredit dari pada pembiayaan. | en_US |
dc.description.abstract | Fokus utama dalam penelitan ini adalah pengaruh gejolak moneter yang terdiri dari variabel inflasi, BI Rate, nilai tukar Rupiah, serta jumlah uang yang beredar (M2) terhadap variabel kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah. Data yang digunakan adalah periode Januari 2007 hingga Desember 2014.Dalam menghadapi gejolak moneter perbankan syariah memiliki respon yang berbeda dibandingkan dengan perbankan konvensional, padahal respon yang berbeda akan berpengaruh terhadap dampak yang ditumbulkan. Oleh karena itu rumusan diatas dapat kita susun dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh gejolak moneter terhadap kredit pada bank
konvensional ?
2. Bagaimana pengaruh gejolak moneter terhadap pembiayaaan pada
bank syariah ?
3. Bagaimana respon kredit pada bank konvensional dan pembiayaan
pada bank syariah terhadap gejolak moneter?Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis pengaruh gejolak moneter terhadap kredit pada bank konvensional dan
pembiayaan pada bank syariah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil dari analisis jangka pendek variabel JUB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit, sedangkan variabel inflasi, BI Rate, dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit. Disisi lain
dalam jangka pendek seluruh variabel yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Sementara itu variabel Inflasi, JUB dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap kredit dan pambiayaan.
2. Hasil dari analisis Impulse Response menunjukkan bahwa shock yang terjadi pada variabel BI Rate direspon positif oleh kredit dan mulai stabil pada periode ke-23. Sedangkan pembiayaan merespon negatif dan stabil pada periode ke-27. Guncangan yang terjadi pada variabel inflasi direspon positif oleh kredit dan pembiayaan. Pembiayaan lebih cepat stabil dalam merespon guncangan tersebut dari pada kredit, yaitu masing-masing pada periode 33 dan periode 35. Sementara itu guncangan yang terjadi pada variabel JUB juga direspon negatif oleh kredit dan pembiayaan, pembiayaan lebih cepat stabil dari pada kredit, yaitu masing-masing pada periode ke-17 dan periode ke-25. Shock yang terjadi pada variabel Kurs direspon positif oleh kredit pada periode awal dan stabil pada periode ke-27. Disisi lain shock yang terjadi pada Kurs direspon negatif oleh pembiayaan dan mulai stabil pada periode ke-18. Dengan demikian dalam merespon gejolak yang terjadi pada variabel kurs, pembiayaan lebih cepat stabil dari pada pembiayaan.
3. Hasil Variance Decomposition menunjukkan bahwa perilaku kredit
paling utama dipengaruhi oleh JUB dengan kontribusi sebesar 9,82 persen, BI Rate dengan kontribusi sebesar 4,99 persen, Kurs sebesar 1,31 persen dan terakhir inflasi berkontribusi sebesar 0,06 persen. Sementara itu perilaku pembiayaan paling utama dipengaruhi oleh JUB dengan kontribusi sebesar 2,09 persen, Kurs sebesar 1,90 persen, inflasi sebesar 0,06 persen dan terakhir BI Rate yang memberikan kontribusi sebesar 0,05 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel BI Rate, inflasi, JUB dan kurs berkontribusi lebih besar terhadap kredit dari pada pembiayaan, hal ini sesuai prosentase kontribusi diatas. Dengan demikian gejolak yang terjadi pada variabel moneter lebih berpengaruh terhadap kredit dari pada pembiayaan. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | KOMPETENSI PERBANKAN SYARIAH | en_US |
dc.title | PENGEMBANGAN KOMPETENSI PERBANKAN SYARIAH (ANALISIS PENGARUH GEJOLAK MONETER TERHADAP KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2007-2014) | en_US |