Show simple item record

dc.contributor.authorPRAKOSA, MUCHAMMAD SUKUR IMAM
dc.date.accessioned2016-11-11T08:11:17Z
dc.date.available2016-11-11T08:11:17Z
dc.date.issued2016-08-04
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/6335
dc.descriptionGigi yang telah selesai dirawat menggunakan alat ortodontik memiliki kecenderungan untuk kembali ke posisi awal. Hal inilah yang disebut dengan relaps atau kembalinya posisi gigi ke bentuk awal maloklusi. Penelitian di Eropa menunjukan bahwa prevalensi relaps masih tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya relaps. Di Indonesia, penelitian mengenai relaps masih jarang dilakukan. Pengukuran relaps dapat dilakukan dengan menggunakan IOTN (Indeks Ortodontik Treatment Need). Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan IOTN. Bahan dan Cara: Penelitian ini menggunakan 24 sampel setelah lepas braket dan saat ini yang memenuhi kriteria inklusi. Penilaian menggunakan Indeks Ortodontik Treatment Need yang terdiri dari dua komponen, yaitu Aesthetic Component dan Dental Health Component. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data diskriptif dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data dan uji Wilcoxon digunakan untuk menguji perbedaan data berpasangan pada sebaran data tidak normal. Hasil Penelitian: Hasil analisis Wilcoxon pada pengukuran AC dan DHC menunjukkan nilai p<0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan dari skor setelah lepas braket dengan saat ini. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara skor AC dan DHC setelah lepas braket dan saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekaten_US
dc.description.abstractTeeth that have been finished using orthodontic appliance has a tendency to return to the starting position. This is called a relapses or a return of tooth position into an early form of malocclusion. Research in Europe showed that the prevalence of relapse is still high. Relapse is caused by many factors. In Indonesia, the research on relapse is still rarely performed. Measurement of relapse can be done using IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need). Aim: The aim of this research is to determine the prevalence of relapse after treatment with fixed orthodontic appliance using IOTN. Material and Method: This study used 24 samples that have been finished using bracket and at this time met the inclusion criteria. Assessment using Index of Orthodontic Treatment Need which consists of two components, Aesthetic Component and Dental Health Component. Shapiro-Wilk was tested to asses data normality and homogeneity. Wilcoxon test was used to asses paired data differences on abnormal data distribution Result: The Wilcoxon analysis result on the measurement of AC and DHC show the value of p <0.005, which means there are significant differences of scores after finished using bracket and at this time. Conclusion: There is significant differences between IOTN score value of AC and DHC after finished using bracket and at this time. That’s mean there was prevalence of relapse after treatment using fixed orthodontic applianceen_US
dc.publisherFKIK UMYen_US
dc.subjectrelapse, retention, IOTN, fixed orthodontic appliances. relaps, retensi, IOTN, alat ortodontik cekaten_US
dc.titlePREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT (Evaluasi Menggunakan Indeks Ortodontik Treatment Need/IOTN)en_US
dc.typeThesis SKR 221en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record