dc.contributor.advisor | SULAKSONO, TUNJUNG | |
dc.contributor.author | PUTRA, AGUS ANDIKA | |
dc.date.accessioned | 2016-12-27T02:11:58Z | |
dc.date.available | 2016-12-27T02:11:58Z | |
dc.date.issued | 2016-12-10 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7520 | |
dc.description | Partisipasi setiap warga negara dalam pemilu merupakan hak asasi yang harus dijunjung tinggi.Setiap warga negara berhak terlibat dalam mengambil kebijakan politik dan negara wajib melindungi hak-hak tersebut. Pada Pemilu tahun 2014 angka partisipasi Difabel di Kota Yogyakarta mencapai 66,5%. Tingginya partisipasi Penyandang Difabel di Kota Yogyakarta dalam Pemilu 2014 mengisaratkan berjalannya demokrasi. Pemilihan Umum di Indonesia merupakan suatu capaian yang besar dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia, dalam proses pemilu keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan salah satu hal penting untuk menakar sejauh mana demokrasi itu berjalan. Oleh karena adanya partisipasi yang tinggi sehingga menarik untuk diteliti terkait respon masyarakat Difabel di Kota Yogyakarta terhadap ruang partisipasi yang dibangun oleh KPU Kota Yogyakarta pada pemilu tahun 2014 dan untuk mengetahui bagaimana partisipasi Difabel pada pemilu presiden di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.Lokasi pengambilan data yaitu di KPU Kota Yogyakarta, SIGAB dan perwakilan dari masyarakat Difabel di Kota Yogyakarta.Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemampuan merespon Difabel di Kota Yogyakarta dipengerahui oleh tingkat kesadaran yakni kesadaran semi intransitive, kesadaran naïve transitivity dan kesadaran kritis.Ketika Difabel pada tingkat keritis mereka mampu merespon secara kritis sehingga berdampak pada perbaikan pemilu di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian berikutnya adalah partisipasi Difabel di Kota Yogyakarta pada pemilu tahun 2014 tidak hanya menjadi penyumbang suara tapi lebih bermakna daripada itu karena Difabel di Kota Yogyakarta sudah mulai berpartisipasi menjadi penyelanggara pemilu seperti relawan demokrasi dan petugas TPS. Pada pemilu presiden tahun 2014 di Kota Yogyakarta juga melakukan lobby untuk memastikan Capres dan Cawapres berpihak terhadap Difabel. | en_US |
dc.description.abstract | Partisipasi setiap warga negara dalam pemilu merupakan hak asasi yang harus dijunjung tinggi.Setiap warga negara berhak terlibat dalam mengambil kebijakan politik dan negara wajib melindungi hak-hak tersebut. Pada Pemilu tahun 2014 angka partisipasi Difabel di Kota Yogyakarta mencapai 66,5%. Tingginya partisipasi Penyandang Difabel di Kota Yogyakarta dalam Pemilu 2014 mengisaratkan berjalannya demokrasi. Pemilihan Umum di Indonesia merupakan suatu capaian yang besar dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia, dalam proses pemilu keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan salah satu hal penting untuk menakar sejauh mana demokrasi itu berjalan. Oleh karena adanya partisipasi yang tinggi sehingga menarik untuk diteliti terkait respon masyarakat Difabel di Kota Yogyakarta terhadap ruang partisipasi yang dibangun oleh KPU Kota Yogyakarta pada pemilu tahun 2014 dan untuk mengetahui bagaimana partisipasi Difabel pada pemilu presiden di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.Lokasi pengambilan data yaitu di KPU Kota Yogyakarta, SIGAB dan perwakilan dari masyarakat Difabel di Kota Yogyakarta.Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemampuan merespon Difabel di Kota Yogyakarta dipengerahui oleh tingkat kesadaran yakni kesadaran semi intransitive, kesadaran naïve transitivity dan kesadaran kritis.Ketika Difabel pada tingkat keritis mereka mampu merespon secara kritis sehingga berdampak pada perbaikan pemilu di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian berikutnya adalah partisipasi Difabel di Kota Yogyakarta pada pemilu tahun 2014 tidak hanya menjadi penyumbang suara tapi lebih bermakna daripada itu karena Difabel di Kota Yogyakarta sudah mulai berpartisipasi menjadi penyelanggara pemilu seperti relawan demokrasi dan petugas TPS. Pada pemilu presiden tahun 2014 di Kota Yogyakarta juga melakukan lobby untuk memastikan Capres dan Cawapres berpihak terhadap Difabel. | en_US |
dc.publisher | FISIP UMY | en_US |
dc.subject | Pemilu, Partisipasi dan Difabel | en_US |
dc.title | PARTISIPASI POLITIK PENYANDANG DIFABEL PADAPEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 DI KOTA YOGYAKARTA | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
540 | en_US |