Show simple item record

dc.contributor.authorULUMI, NUR
dc.date.accessioned2016-12-29T06:51:55Z
dc.date.available2016-12-29T06:51:55Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7695
dc.descriptionMelayu dan Tionghoa merupakan masyarakat dominan dengan jumlah penduduk lebih banyak dibanding dengan etnis campuran lainnya. Pemilukada tahun 2013 menghasilkan suara berbanding tipis antara dua calon terkuat dari pasangan Tionghoa dan Melayu. Perbedaan 0,2 persen menyulut permasalahan terhadap minat pilih masyarakat Belitung yang didominasi suku asli Melayu dan bagaimana relasi atau hubungan antar masyarakat Melayu dan Tionghoa dalam pemilukada tahun 2013 di Tanjungpandan, Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan objek masyarakat (Melayu dan Tionghoa), tokoh masyarakat (Melayu dan Tionghoa), parpol pengusung dari dua calon pasangan terkuat PDIP/PKB (nomor urut 01) dan Golkar/Hanura (nomor urut 05). Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara Wawancara dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, dimana data yang di peroleh diklasifikasikan, digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi social etnis yang ada di Belitung, di dapat melalui tahapan Pencalonan, Kampanye, dan Hasil dengan mengikuti aspek Kerjasama, Persaingan, Penghalang, dan Konflik didalamnya, memberikan hasil yang baik melalui hubungan yang masih terjaga keharmonisannya. Pemilukada sempat memberikan jarak di antara berbagai pihak. Parpol (PKB) sebagai pengusung nomor satu tidak memberikan dukungan sepenuhnya terhadap salah satu calon yang diusungnya dengan alas an keagamaan dan sedikit unsure etnis, proses pemilukada tetap berlangsung karena pertimbangan yang bijak dari PKB mengenai komitmen calonnya terhadap partai pengusungnya. Mengakhiri proses pemilukada, suasana kehidupan social kembali terwujud damai seperti sediakala dan perpecahan atau jarak diantara masyarakat maupun pihak intim yang terlibat dalam pemilukada tidak lagi diungkit untuk memperkeruh hubungan sehat antar etnis (masyarakat) yang ada di Belitung. Diharapkan adanya pemilukada menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling toleransi diantara masyarakat juga kehidupan social harmonis sebagai penduduk dengan ragam perbedaan akan selalu terjaga pada tempatnya. Upaya pendekatan oleh pemerintah terhadap dua etnis dominan yakni Melayu dan Tionghoa harus lebih maksimal dan efektif.en_US
dc.description.abstractMelayu dan Tionghoa merupakan masyarakat dominan dengan jumlah penduduk lebih banyak dibanding dengan etnis campuran lainnya. Pemilukada tahun 2013 menghasilkan suara berbanding tipis antara dua calon terkuat dari pasangan Tionghoa dan Melayu. Perbedaan 0,2 persen menyulut permasalahan terhadap minat pilih masyarakat Belitung yang didominasi suku asli Melayu dan bagaimana relasi atau hubungan antar masyarakat Melayu dan Tionghoa dalam pemilukada tahun 2013 di Tanjungpandan, Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan objek masyarakat (Melayu dan Tionghoa), tokoh masyarakat (Melayu dan Tionghoa), parpol pengusung dari dua calon pasangan terkuat PDIP/PKB (nomor urut 01) dan Golkar/Hanura (nomor urut 05). Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara Wawancara dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, dimana data yang di peroleh diklasifikasikan, digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi social etnis yang ada di Belitung, di dapat melalui tahapan Pencalonan, Kampanye, dan Hasil dengan mengikuti aspek Kerjasama, Persaingan, Penghalang, dan Konflik didalamnya, memberikan hasil yang baik melalui hubungan yang masih terjaga keharmonisannya. Pemilukada sempat memberikan jarak di antara berbagai pihak. Parpol (PKB) sebagai pengusung nomor satu tidak memberikan dukungan sepenuhnya terhadap salah satu calon yang diusungnya dengan alas an keagamaan dan sedikit unsure etnis, proses pemilukada tetap berlangsung karena pertimbangan yang bijak dari PKB mengenai komitmen calonnya terhadap partai pengusungnya. Mengakhiri proses pemilukada, suasana kehidupan social kembali terwujud damai seperti sediakala dan perpecahan atau jarak diantara masyarakat maupun pihak intim yang terlibat dalam pemilukada tidak lagi diungkit untuk memperkeruh hubungan sehat antar etnis (masyarakat) yang ada di Belitung. Diharapkan adanya pemilukada menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling toleransi diantara masyarakat juga kehidupan social harmonis sebagai penduduk dengan ragam perbedaan akan selalu terjaga pada tempatnya. Upaya pendekatan oleh pemerintah terhadap dua etnis dominan yakni Melayu dan Tionghoa harus lebih maksimal dan efektif.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFISIPOL UMYen_US
dc.subjectRELASIen_US
dc.subjectETNISen_US
dc.subjectMASYARAKATen_US
dc.subjectPEMILUKADAen_US
dc.titleRELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013 (Studi Kasus: Tanjungpandan, Belitung)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record