PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN KADAR 0%, 7%, 8%, 9% DAN 10% PADA CAMPURAN AC-WC
Abstract
Aspal merupakan bahan pengikat untuk perkerasan lentur. Sifat aspal
mempengaruhi sifat dan ketahanan dari perkerasan lentur itu sendiri. Telah banyak
dikembangkan penelitian mengenai cara untuk meningkatkan mutu aspal salah
satunya dengan mencampur styrofoam kedalam aspal. Styrofoam dipilih karena
limbah tersebut tidak akan hancur bahkan sampai 100 tahun sehingga perlu
penanganan khusus. Penggunaan styrofoam sebagai bahan campur diharapkan
dapat mengurangi jumlah limbah styrofoam dan meningkatkan sifat fisik aspal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik aspal yang dicampur
dengan styrofoam dan pengaruhnya pada karakteristik Marshall.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan styrofoam bekas tempat
makanan sebagai alternatif untuk campuran AC-WC. Styrofoam dimasukkan
kedalam campuran AC-WC dengan cara dicampurkan kedalam aspal pada suhu
±280℃. Kadar styrofoam yang diuji adalah 7%, 8%, 9%, dan 10% dari berat aspal
optimum (KAO). Metode pengujian yang digunakan adalah metode Marshall yaitu
dengan cara merendam benda uji ke dalam waterbath dengan temperatur 60℃
selama 30 menit. Pengujian Marshall dilakukan untuk memperoleh nilai density,
VMA, VITM, VFWA, stabilitas, flow, dan Marshall Quotient (MQ).
Berdasarkan hasil pengujian terhadap aspal yang dicampur dengan
styrofoam didapat hasil bahwa seiring peningkatan kadar styrofoam nilai titik
lembek dan berat jenis semakin meningkat sedangkan nilai penetrasi menurun.
Nilai KAO didapat sebesar 5,5%. Hasil dari pengujian Marshall standar untuk
aspal campuran styrofoam didapat hasil terbaik pada kadar 7% yang lebih banyak
memenuhi syarat dengan nilai stabilitas sebesar 1348,92 kg, nilai VITM 4,85%,
VMA 17,17%, VFWA 72,0%, flow 1,18 mm, dan MQ 1215,28 kg/mm . Pada semua
kadar styrofoam nilai flow menurun drastis dan tidak ada yang memenuhi
spesifikasi.