ANALISIS BIAYA KEMACETAN MENGGUNAKAN SOFTWARE VISSIM 9 PADA SIMPANG APILL CONDONG CATUR SLEMAN YOGYAKARTA
Abstract
Yogyakarta merupakan kota dengan tujuan pariwisata dan pendidikan
yang paling diminati di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri setiap harinya jumlah
kendaraan yang masuk semakin meningkat. Sebagai akibatnya kemacetan dan
tundaan panjang yang terjadi pada persimpangan - persimpangan di kota
Yogyakarta. Salah satu simpang dengan konflik dan masalah lalu lintas yang
cukup parah adalah simpang APILL Condong Catur Sleman Yogyakarta.
Simpang APILL Condong Catur merupakan jalan lingkar kota Yogyakarta yang
menjadi penghubung antar provinsi di Jawa Tengah dan jalan akses menuju kota
Yogyakarta. Kendaraan yang melewati ruas jalan ini tidak hanya kendaraan
ringan tetapi banyak kendaraan berat yang melakukan mobilisasi barang dan
jasa sehingga membuat pertemuan di perempatan ini semakin padat. Sehingga
perlu dilakukannya evaluasi dan analisis ulang agar dapat mengurangi/
meminimalisir masalah- masalah yang terjadi pada simpang APILL Condong
Catur saat ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi eksisting,
menganalisis biaya kemacetan, serta memberikan alternatif solusi untuk
meningkatkan kinerja simpang dan mengurangi biaya kemacetan pada simpang
APILL Condong Catur Sleman Yogyakarta. Metode yang dipakai untuk
menganalisis kinerja Simpang menggunakan software VISSIM 9 dan untuk
mengetahui biaya kemacetan yang terjadi menggunakan pendekatan Tzedzakis
1998.
Hasil yang didapat dari analisis kinerja simpang untuk kondisi eksisting
yaitu nilai tundaan rata- rata sebesar 103,72 detik, panjang antrian rata - rata
49,38 meter, dan tingkat pelayanan simpang (level of service) adalah F (sangat
buruk). Biaya kemacetan kondisi eksisting adalah Rp. 5.663.790,-/jam. Dari
kondisis eksisiting yang ada perlu diberikan alternatif - alternatif solusi untuk
meningkatkan kinerja simpang dan mengurangi biaya kemacetan yaitu dengan 3
alternatif : 1) Perubahan fase; 2) Pelebaran pada pada garis henti simpang/
lebar masuk simpang (LM) dan lebar keluar simpang (LK); dan 3) Kombinasi
pelebaran dan perubahan fase. Hasil dari alternatif 1(perubahan fase)
didapatkan nilai tundaan rata- rata 97,13 detik, panjang antrian rata- rata 50,17
meter, tingkat pelayanan simpang (level of service) adalah F (sangat buruk), serta
biaya kemacetan yang terjadi pada alternatif 1 adalah Rp. 5.347.697,-/jam.
Alternatif kedua mendapatkan nilai tundaan rata- rata 79,08 detik, panjang
antrian rata - rata 47,03 meter, dan tingkat pelayanan simpang adalah E (buruk).
Analisis biaya kemacetan yang terjadi dari alternatif 2 adalah Rp. 4.019.090,-
/jam. Sedangkan alternatif ketiga didapatkan nilai tundaan rata- rata sebesar
72,93 detik, panjang antrian rata- rata 46,45 meter, dan tingkat pelayanan
simpang (level of service) adalah E (buruk). Analisis biaya kemacetan yang
terjadi dari alternatif 3 adalah Rp. 3.830.894,-/jam. Sehingga dari ketiga
alternatif tersebut dapat disimpulkan bahwa alternatif terbaik untuk
meningkatkan kinerja Simpang dan mengurangi biaya kemacetan adalah
alternatif ketiga berupa pelebaran pada Lebar Masuk (LK) dan Lebar Keluar(LK)
Simpang serta dilakukan perubahan fase.