dc.contributor.advisor | ENDAH SAPTUTYNINGSIH | |
dc.contributor.author | WIBOWO, WISNU PRAMBUDI | |
dc.date.accessioned | 2017-07-06T03:03:36Z | |
dc.date.available | 2017-07-06T03:03:36Z | |
dc.date.issued | 2017-03-24 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11402 | |
dc.description | Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Cara membangun indeks krisis pasar saham di Indonesia dapat dihitung dengan Stock Market Vurnerability Index (SMVI) yang diproxykan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar. Penelitian ini menggunakan treshold sebesar 1,5 yang mana sesuai penelitian sebelumnya yaitu sesuai dengan model yang digunakan oleh Bank Dunia dan sesuai dengan penelitian (Kusuma, 2009). Selama waktu penelitian sejak tahun 2006 sampai tahun 2016, Indonesia mengalami dua periode krisis pasar saham. Pertama terjadi pada tahun 2007 yakni pada bulan Juni, Juli, Oktober dan November, sedangkan periode kedua terjadi pada Oktober tahun 2009 sampai April tahun 2010. Titik tertinggi krisis terjadi pada Januari 2010, sedangkan periode krisis terlama pada periode dua yaitu selama tujuh bulan ( Oktober 2009 – April 2010). Berdasarkan pendekatan sistem peringatan dini (Early Warning System) didapatkan variabel yang menjadi leading indicators adalah Inflasi, Suku
77
Bunga, DJIA dan HSI. Variabel Suku bunga memiliki NSR terkecil, yang mana artinya memiliki peranan yang besar dalam mempengaruhi terjadinya tekanan terhadap Stock Market Vulnerability Index (SMVI). | en_US |
dc.description.abstract | Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Cara membangun indeks krisis pasar saham di Indonesia dapat dihitung dengan Stock Market Vurnerability Index (SMVI) yang diproxykan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar. Penelitian ini menggunakan treshold sebesar 1,5 yang mana sesuai penelitian sebelumnya yaitu sesuai dengan model yang digunakan oleh Bank Dunia dan sesuai dengan penelitian (Kusuma, 2009). Selama waktu penelitian sejak tahun 2006 sampai tahun 2016, Indonesia mengalami dua periode krisis pasar saham. Pertama terjadi pada tahun 2007 yakni pada bulan Juni, Juli, Oktober dan November, sedangkan periode kedua terjadi pada Oktober tahun 2009 sampai April tahun 2010. Titik tertinggi krisis terjadi pada Januari 2010, sedangkan periode krisis terlama pada periode dua yaitu selama tujuh bulan ( Oktober 2009 – April 2010). Berdasarkan pendekatan sistem peringatan dini (Early Warning System) didapatkan variabel yang menjadi leading indicators adalah Inflasi, Suku
77
Bunga, DJIA dan HSI. Variabel Suku bunga memiliki NSR terkecil, yang mana artinya memiliki peranan yang besar dalam mempengaruhi terjadinya tekanan terhadap Stock Market Vulnerability Index (SMVI). | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | FE UMY | en_US |
dc.subject | DETEKSI DINI | en_US |
dc.subject | PASAR SAHAM | en_US |
dc.subject | KRISIS | en_US |
dc.title | MEMBANGUN DETEKSI DINI TERHADAP KRISIS PASAR SAHAM DI INDONESIA | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
107 | en_US |