dc.description.abstract | Buku Bunga Rampai Hubungan Internasional Masa Kini
menampilkan sejumlah gagasan yang cerdas, segar dan
menarik. Gagasan seputar musibah bencana yang selama ini
dimaknai dengan makna negative dan sebagai lost factors,
justru dapat dimakna secara positif sebagai social capital factors.
Bencana bukan hanya sebagai sesuatu yang perlu diratapi dan
berakhir dengan kenestapaan, namun justru dikelola sebagai
potensi yang memiliki momentum yang unik untuk dikelola.
Dua tulisan diplomasi bencana dari Julia Rizky Utami
dengan judul “Diplomasi Bencana Pada Studi Kasus Hubungan
Turki – Yunani” menawarkan gagasan penting untuk
menyelesaikan problem klasik antara Turki dan Yunani. Julia
membangun argument secara sistematik mengapa Diplomasi
bencana mampu menjadi inter-koneksi keterputusan hubungan
keduanya. Bukan hanya dalam dataran relevansi, juga
disampaikan dalam level mekanisme yang dapat dilakukan
agar diplomasi bencana dapat efektif dalam penyelesaian
konflik Turki-Yunani.
Tulisan dari Arif Firmansyah, dengan judul Upaya
Perdamaian Konflik Kashmir Melalui Diplomasi Bencana, juga
menawarkan gagasan yang relevan. Konflik Kashmir
merupakan konflik yang sudah seusia dengan berdirinya
Negara India dan Pakistan modern, di mana keduanya
vii
mengklaim bahwa Kashmir menjadi bagian integral keduanya.
Bahkan bagi Pakistan, Kashmir merupakan salah satu identitas
penting dari nama Pakistan. Andaikan Kashmir lepas dari
Pakistan, sesungguhnya nama Pakistan akan berubah menjadi
PASTAN. P mewakili nama identitas Punjabi, A mewakili
identitas Afghani, K mewakili Kashmiri, S mewakili Sindhi, Tan
mewakili Baluchistan. Konflik keduanya juga telah
menghasilkan pilihan sulit untuk mengorbankan derajat
kesejahteraan ekonomi untuk memperoleh kedaulatan penuh
melalui kebijakan militeristik. Pakistan sebagai Negara
menengah harus mengeksplorasi kemampuan perangnya untuk
bersaing dengan India.
Arif Firmansyah menawarkan gagasan penting, bahwa
situasi kebencanaan yang sering terjadi di India dan Pakistan,
semisal bencana Gempa Bumi maupun Banjir, serta Kekeringan
dapat dikelola sebagai modal social menyelesaikan konflik.
Bencana dapat menjadi titik di mana rasa kemanusian akan
lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan pilihan ekonomi
dan politik.
Issue menarik yang juga ditawarkan buku ini adalah
gagasan yang terkait dengan dunia Islam, baik dalam tataran
normative sampai dengan issue kekinian, seperti issue politik
dan gerakan social Islam. Tulisan Khairiyyah membahas sisi
normative Islam sebagai salah satu solusi lingkungan global
dalam artikelnya, Isu Lingkungan Global Dalam Perspektif
Islam. Dalam pandangan Khairiyyah, Islam sebagai system
viii
hidup memiliki pandangan yang lengkap dan memadai untuk
membaca, mengelola dan mengatasi sejumlah problem
lingkungan Global. Gagasan pengelolaan lingkungan global
selama ini didominasi oleh gagasan dan simulasi ilmiah yang
tertera dalam Protokol Kyoto. Jarang sekali membangun
gagasan pengelolaan lingkungan global dengan menggunakan
nalar normative keagamaan. Khairiyah menawarkan relevansi
norma Islam sebagai salah satu nilai arternatif yang potensial
untuk mengelola issue lingkungan Global.
Syuryansyah menulis tentang gagasan Relevansi Politik
Luar Negeri Barat Dalam Islam. Studi Syuryansah menunjukan
bahwa Islam memiliki sejumlah perangkat norma yang dapat
dijadikan landasan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan luar negeri. Nilia dasar Islam dalam politik luar
negeri adalah nilai universalisme dan globalisme, yang dapat
berperan untuk menyelesaikan problem kemanusian
internasional yang seringkali terpencara oleh norma dasar
politik luar negeri berupa kepentingan nasional. Gagasan
Syuryansah ditawarkan secara obyketif dan terukur sehingga
gagasan ini layak untuk dicermati.
M. Khalit Juani, menulis tentang issue pergulatan
demokrasi di Turki yang berdialektika dengan kekuatan militer
yang akan masuk dalam jalur politik. Logika kudeta militer
dalam sejarah Turki menunjukkan logika keberhasilan. Namun,
pada waktu kudeta di Turki tahun 2016, justru menunjukan
nalar yang sangat berbeda, justru berakhir dengan kegagalan.
ix
Artikel Khalit JUnai dengan judul Kegagalan Kudeta Militer
Turki, memberikan gagasan penting bahwa kemampuan regim
sipil dalam memobilisasi dukungan sipil menjadi salah satu
variable penting untuk menangkal nalar kudeta.
Tulisan Tolhah menawarkan gagasan seputar
pertumbuhan organisasi Islam internasional, Jamaah Tabligh di
Yogyakarta dengan judul, Peranan Jama’ah Tabligh Di Asia
Selatan Terhadap Perkembangan Jama’ah Tabligh Di Indonesia.
Gagasan penting yang ditawarkan Tolhah adalah bagaimana
Jamaah Tabligh mampu berkembang di tengah kompetisi
organisasi islam yang berbasis gerakan indigenous Islam seperti
Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Tolhah menemukan
strategi penting yang dilakukan Jamaah Tabligh melalui model
mediated diffusion. Pilihan ini membuat ruang kompetisi antara
Jamaah Tabligh dengan organisasi Islam di Yogyakarta tidak
banyak menimbulkan sejumlah friksi, sebagaimana terjadi di
sejumlah gerakan baru Islam di Yogyakarta.
Eka Firtiana menulis tentang Implementasi Perjanjian
Indonesia Dalam Upaya Pembebasan Hukuman Mati TKI Di
Arab Saudi. Gagasan sederhana Eka Fitriani diawali dari prakondisi
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
banyak mengirim tenaga kerja ke luar negri, baik pria maupun
wanita. Tidak bisa dipungkiri dari pengiriman tenaga kerja
tersebut banyak yang menuai masalah dalam ranah hukum di
negara penerimanya. Instrumen efektif yang dapat
dipergunakan oleh Indonesia terkait dengan pembebasan
x
hukuman mati dapat mengeksplorasi dimensi sejarah, budaya,
social dan ekonomi antara Indonesia dan Arab Saudi.
Tika Dian Pratiwi, menulis artikel dengan judul, Kerja
Sama Sister City Antara Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan
Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan. Kerjasama diantara
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi
Gyengsangbuk-do didasarkan pada berbagai peluang yang
baik. Gyeongsangbuk-do merupakan provinsi yang sangat kaya
dan memiliki kemajuan industri yang pesat. Perkembangan
ekonomi tumbuh dengan cepat di daerah ini setelah
diberlakukannya Otonomi Daerah pada tahun 1988.
Gyeongsangbuk-do juga merupakan provinsi yang memiliki
sistem pemerintahan daerah yang baik dan terkontrol secara
rapi. Hal ini tentu menjadi kesempatan emas bagi Yogyakarta
untuk menjalin kerjasama dengan Gyeongsangbuk-do. Ada
banyak hal positif yang dapat Yogyakarta peroleh. Salah satu
contohnya adalah mempelajari dan meniru sistem
pemerintahan daerah Gyeongsangbuk-do, yaitu Saemul
Undong yang sukses menghantarkan provinsi ini maju dengan
sangat pesat.
Di sisi lain, Yogyakarta adalah provinsi yang juga
mampu mendatangkan keuntungan bagi Gyeongsangbuk-do.
Yogyakarta yang kaya akan nilai-nilai budaya, sumber daya
alam serta sumber daya manusia tentu sangat berpotensi untuk
dijadikan rekan dalam sister city. Hal inilah yang menjadikan
Yogyakarta sebagai wilayah yang baik untuk tempat berbisnis
xi
tidak hanya bagi pebisnis asal Korea Selatan, tetapi juga bagi
pemerintah Gyeongsangbuk-do.
Muchammad Farid, Analisis Kritis Politik Luar Negeri
Rusia Modern. Gagasan utama Farid adalah problem syndrome
Rusia sebagai Negara besar yang hendak mengulangi
kebesarannya pasca bubarnya Uni Soviet setelah perang dingin
membawa dampak yang sangat besar terhadap perubahan arah
kebijakan luar negeri Republik Federasi Rusia. Diawal lahir dan
berdirinya Republik Federasi Rusia pembuatan arah kebijakan
politik baik dalam maupun luar negeri mengacu kepada empat
doktrin karakteristik Republik Federasi Rusia sebagai pewaris
tunggal Uni Soviet. Pilihan kebijakan luar negeri yang tepat
membuat keinginan Rusia untuk tumbuh menjadi Negara besar
dan diperhitungkan dalam kancah global telah tercapai dalam
kurun waktu yang singkat. | en_US |