PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM MENANGANI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUL MAAL WAT TAMWIL
Abstract
BMT BIF adalah lembaga intermediasi bagi masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan harus memperhatikan risiko- risiko yang kemungkinan terjadi. Salah satunya risiko pembiayaan yang diakibatkan oleh kegagalan anggota dalam memenuhi kewajibannya kepada BMT BIF. Terjadinya risiko ini akan mengakibatkan pembiayaan bermasalah yang dimulai dari anggota yang telat bayar, anggota yang mengalami kesulitan untuk membayar angsurannya, hingga kepada tidak adanya i’tikad baik dari anggota untuk mengembalikan semua pinjaman kepada BMT BIF. Pembiayaan bermasalah yang tidak segera ditangani juga akan menimbulkan tingkat NPF yang tinggi. Sehingga diperlukan manajemen risiko yang efesien dan efektif untuk memitigasi kemungkinan risiko yang terjadi.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggali informasi tentang penerapan manajemen risiko dalam menangani pembiayaan bermasalah di BMT BIF. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan narasumber dari pihak BMT BIF, anggota BMT BIF, dan pihak eksternal dari BMT BIF. Hasil penelitian yang dilakukan adalah bahwa penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh BMT BIF sudah baik dengan melihat tingkat NPF yang kecil, yaitu masih di batas wajar berkisar 3 persen. Namun, BMT BIF masih menghadapi hambatan ataupun kendala dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hambatan internal yang terjadi, seperti kurang telitinya karyawan dalam melakukan analisis dan masih kurangnya jumlah SDM yang ada di BMT BIF, karena BMT BIF masih menerapkan rangkap jabatan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya pembiayaan bermasalah, karena kurang fokusnya para pendamping terhadap anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. Sedangkan hambatan eksternal yang dihadapi adalah lemahnya karakter anggota.