PERSEPSI ANGGOTA DPRD DIY MASA BAKTI 2014-2019 PADA WACANA SULTAN PEREMPUAN DI KRATON YOGYAKARTA
Abstract
Dalam skripsi yang berjudul “ PERSEPSI ANGGOTA DPRD DIY MASA BAKTI 2014-2019 PADA WACANA SULTAN PEREMPUAN DI KRATON YOGYAKARTA” ini berlatar belakang adanya wacana pergantian kepemimpinan Sultan Hamengkebuono X. Yang menjadi masalah adalah Sultan Hamenkebuono XI tidak mempunyai anak laki laki dan tidak bisa meneruskan tahtanya sebagai Raja di Kraton Yogyakarta yang sekaligus menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini semakin memanas ketika adik Sultan tidak mau jika nantinya Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sultan perempuan karena melanggar tradisi yang seharusnya Kraton Yogyakarta harus dipimpin oleh laki laki. Kegaduhan ini semakin memanas ketika di DPRD DIY juga membahas tentang siapa pengganti sultan dan sekaligus menjadi Gubernur di DIY tentunya ini sudah masuk ranah politik yang dimana di dalamnya sudah ada kepentingan kepentingan suatu golongan untuk menetukan siapa pwngganti Sultan Hamangkebuono X jika nantinya beliau sudah wafat dan sampai saat ini juga di DPRD DIY masih menyusun Rancangan peraturan Daerah Istimewa atau Raperdais Proses pemilihan kepala daerah menjadi inti permasalahan dalam perdebatan draft RUU keistimewaan Yogyakarta. Sehingga, tidak semua rakyat Yogyakarta memiliki aspirasi politik yang sama Pemikiran ke depan dan melihat konteks zaman yang sudah berubah, itulah yang salah satu bisa terbaca saat Sultan HB X dalam dua bulan terakhir mengeluarkan tiga sabda tama dan sabda raja. Pada sabda tama yang disampaikan 6 Maret 2015, Sultan HB X lebih merespons perdebatan di DPRD DI Yogyakarta dan di masyarakat mengenai peraturan daerah istimewa (PERDAIS) sebagai kelanjutan dari UU No 13/2012, terutama terkait dengan pengisian jabatan guberbur/wagub.Sabda Tama itu untuk merespons persoalan kemasyarakatan meskipun secara tersurat Sultan HB X juga menegaskan, soal suksesi di Keraton Yogyakarta sudah ditentukan. SabdaTama ini sejalan dengan Sabda Tama yang pernah dikeluarkan oleh Sultan HB X sebelumnya, tahun 2012, yang terkait dengan keistimewaan DI Yogyakarta.
Sabda Tama itu untuk merespons persoalan kemasyarakatan meskipun secara tersurat Sultan HB X juga menegaskan, soal suksesi di Keraton Yogyakarta sudah ditentukan. SabdaTama ini sejalan dengan Sabda Tama yang pernah dikeluarkan oleh Sultan HB X sebelumnya, tahun 2012, yang terkait dengan keistimewaan DI Yogyakarta.
Ada lapisan sosial yang mendukung berlakunya sistem pemerintahan feodal melalui penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur otomatis pada Hamengku Buwono dan Paku Alam.Namun, ada juga rakyat Yogyakarta yang menghendaki pemilihan kepala daerah melalui pemilihan dalam bingkai demokrasi modern.Rumusan masalah dalam skripsi ini antara lain pandangan DPRD DIY terhadap wacana sultan perempuan di kraton Metode penelitian dalam skripsi ini nmenggunakanpenelitain kuantiotatif yaitu . proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Lokasi penelitian Kesimpulan dari ini adalah sebagian anggota DPRD berpendapat bahwa sultan Yogyakarta harus dipimpin oleh laki laki karena menurut sejarah kraton Yogyakarta bahwa pendahulu pendahulunya berjenis kelamin laki laki