HUBUNGAN ANTARA STATUS RESISTENSI AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATHION DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
View/ Open
Date
2017-08-24Author
KESETYANINGSIH, TRI WULANDARI
UPADITA, SANKA
NAFISAH, DIANATUN
Metadata
Show full item recordAbstract
Bahwa resistensi nyamuk Aedes sebagai vektor utama demam berdarah dengue (DBD) terhadap insektisida dapat mempengaruhi efektifitas fogging. Fogging yang tidak efektif dapat menyebabkan jumlah kasus DBD tetap tinggi. Telah dilakukan studi tentang hubungan antara status resistensi nyamuk Aedes dengan kejadian DBD di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi dengan rancangan non eksperimental analitik.
Studi dilakukan di dua kecamatan daerah endemik di Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan Gamping dan Kecamatan Sleman dengan unit penelitian adalah pedukuhan. Ada 60 pedukuhan yang termasuk dalam penelitian ini. Kejadian DBD per pedukuhan dari tahun 2008-2013 didapatkan dari catatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, kemudian dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah (0-10), sedang (11-20) dan tinggi (>20). Masing-masing pedukuhan juga diambil sampel nyamuk Aedes untuk uji resistensi. Uji resistensi dilakukan dengan metode biokemis dengan penilaian secara visual (kuning = sensitif; biru muda = resisten rendah; biru kehijauan = resisten sedang; biru tua = resisten tinggi).
Hasil menunjukkan bahwa di tingkat pedukuhan, 10% kejadian DBD termasuk kategori tinggi, 13,33% sedang dan 76,67% rendah. Uji resistensi menunjukkan bahwa 26,67% pedukuhan memiliki resistensi tinggi, 41,67% resistensi sedang, 21,67% resistensi rendah dan 10% rentan. Uji korelasi non parametrik Kendall’s tau menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (p 0,007) dengan arah positif antara tingkat resistensi dengan kejadian DBD dengan koefisien korelasi sebesar 0,315. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif dengan keeratan sedang antara tingkat resistensi nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian DBD di Kabupaten Sleman.