dc.description.abstract | Letak geografis menyebabkan Indonesia banyak memiliki daerah vulkanik dan intensitas hujan yang tinggi, sehingga banjir lahar sering terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi Gunung Merapi sebelumnya dan menghasilkan sedimen dalam jumlah yang besar. Material vulkanik tersebut menyebar dan mengalir dengan melalui aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi sebagai banjir lahar, antara lain Sungai Pabelan, Sungai Putih dan Sungai Krasak pada DAS Progo dan Sungai Code, Sungai Opak dan Sungai Gendol pada DAS Opak.
Material/sedimen Merapi dilihat dari sisi kebencanaan, merupakan potensi yang harus diwaspadai. Oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah studi yang memperhitungkan aspek kebencanaan sedimen dan usaha pengurangan potensi kebencanaannya. Penelitian akan dilakukan dengan mengambil kasus sedimen yang ada pasca letusan 2010, potensi banjir lahar di sungai-sungai utama, kemampuan bangunan pengendali sedimen, mapping tutupan lahan dan pengujian tanaman yang sesuai untuk media sedimen hasil erupsi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan dalam pengurangan potensi bencana sedimen Merapi, khususnya jika terjadi letusan yang menghasilkan jumlah sedimen dalam jumlah yang besar, terutama pada masa awal penanganan bencana sedimen.
Hasil penelitian yang diperoleh pada tahun pertama adalah sebagai berikut. Laju erosi yang terjadi pada sub DAS Kali Pabelan sebesar 42.117.943,97 ton/tahun, dengan besar angkutan sedimen sebesar 3.011.534,58 m3/tahun. laju sedimen
5
potensial yang terjadi pada Sub-DAS Kali Putih sebesar 3.247.694,97 ton/tahun atau 2.037,12 ton/ha/tahun, dengan luas DAS 1.594,26 ha. Diasumsikan sedimen berupa tanah, pasir dan kerikil dengan berat jenis rata rata 2,66. Maka, volume total sedimen adalah 1.220.937,96 m3/tahun. Berdasarkan penelitian, besarnya unsur hara potensial yang dikandung pada material vulkanik Gunung Merapi, menunjukkan bahwa kawasan tersebut mengandung mineral mudah lapuk dari tipe plagiolkas. Dari potensi unsur hara yang ada pada material tersebut, dapat digunakan sebagai dasar penentuan budidaya tanaman konservasi potensial yang selanjutkan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi pada kawasan bencana Gunung Merapi di Merapi, khususnya DAS Kaliputih. Hasil penelitian sudah dipublikasikan dalam International Conference “20th Congress of the Asia Pacific Division of the International Association for Hydro Environment Engineering and Research IAHR APD 2016” yang dilaksanakan tanggal 28 sampai dengan 31 Agustus 2016 di Colombo, Sri Lanka. | en_US |