dc.description.abstract | Pondasi yang berada pada tanah ekspansif akan mengalami deformasi akibat perubahan volume yang terjadi pada tanah yang disebabkan perubahan kadar air pada musim kemarau dan musim hujan. Selain deformasi yang berupa pengangkatan atau penurunan, perubahan kadar air juga menyebabkan berubahnya kekuatan tanah. Saat kadar air tanah meningkat, volume tanah bertambah, kekuatan tanah menurun, dan bila kadar air berkurang, tanah akan menyusut dan menjadi keras, timbul retakan-retakan pada tanah. Apabila selama perubahan volume (pengembangan) tanah dasar tertahan oleh struktur (pondasi), maka akan timbul tekanan pengembangan pada dasar pondasi. Gerakan siklik pengembangan akan menyebabkan pondasi berdeformasi (terangkat) dan penyusutan tanah akan menyebabkan pondasi mengalami penurunan, dan akibat ketidakhomogenan tanah dapat terbentuk rongga-rongga antara tanah dan dasar pondasi, akibatnya dukungan tanah berkurang. Beban luar, berat sendiri dan berkurangnya dukungan tanah dasar, menimbulkan tegangan yang berlebih pada struktur pondasi, maupun struktur diatasnya, akibatnya struktur pondasi menjadi patah, dinding retak-retak, lantai terangkat, dan atau pecah. Untuk itu perlu rekayasa tanah dasar ekspansif, dan atau rekayasa pondasinya. Rekayasa pada tanah ekspansif tidak efektif, apabila ketebalan lapisan ekspansif cukup dalam, sehingga perlu rekayasa pada struktur pondasinya. Rekayasa yang dapat dilakukan adalah berupa menambahkan struktur perkuatan yang berfungsi sebagai angker yang mencegah terangkatnya pondasi, perkuatan vertikal ini dapat berupa tiang-tiang. Metode rekayasa pondasi lainnya adalah dengan memperkaku pelat pondasi dengan menggunakan grid-grid balok, sehingga pondasi tahan terhadap beda pergerakan tanah, tidak mengalami kegagalan berupa retak atau patah.
Pemodelan skala kecil dilakukan di laboratorium. Tanah ekspansif dimasukan kedalam kotak pengujian berukuran 1,2 m x 1,2 m x 1 m dengan ketebalan lapis tanah ekspansif 0,5m. Model pelat pondasi diletakan diatasnya dengan variasi pelat tanpa perkuatan, dengan perkuatan variasi panjang, diameter, spasi antar tiang. Pengembangan tanah dasar dipicu dengan cara merendam (menggenangi) tanah dasar, pengukuran pengembangan tanah dan deformasi pelat dilakukan setiap hari, sampai perubahan deformasinya tidak signifikan. Pembebanan pada model pelat juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengembangan tanah dan pengaruh perkuatan terhadap kapasitas dukung pondasi,. Penelitian tahun ke-2 dilakukan dengan rekayasa pondasi dengan cara memperkaku pelat dengan menggunakan grid-grid balok. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh perilaku perkuatan pelat pondasi dengan menggunakan tiang dan balok, dimensi perkuatan (tiang dan balok) yang paling efektif, dan rekomendasi perkiraan pengembangan tanah yang mungkin terjadi dengan menggunakan rumus-rumus empiris sederhana sebagai dasar untuk perancangan. | en_US |