NEUROPHATIY DAN MONOFILAMENT TEST PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMPI PENDIAN DESA TLOGO YOGYAKARTA
Abstract
Indonesia merupakan penduduk dengan penyandang penderita diabetes terbanyak dan saat ini Indonesia menduduki posisi keempat setelah Amerika dan China. Pada tahun 2030 diprediksi bahwa penderita diabetes melitus akan meningkat dengan prevalensi sebanyak 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural (PDPERSI, 2011). Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia khususnya, tertinggi terdapat di D.I. Yogyakarta sebesar 2,6% (Tanhardjo, et al., 2016).
Diabetes melitus merupakan kondisi dimana terjadi gangguan dalam mengubah glukosa menjadi energi sehingga terjadi peningkatan berlebih glukosa dalam darah (hiperglikemi) dan dapat juga memunculka gejala. Tanda dan gejala diabetes pada setiap orang bisa berbeda. Gejala umum yang sering dialami pasien diabetes seperti sering buang air kecil, rasa haus berlebih, sering merasa lapar, kelelahan, kurang konsentrasi, kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki, penglihatan kabur, infeksi, lambatnya penyembuhan luka, dan bada turun.
Jumlah penderita diabetes yang memiliki neuropathy sebesar 60-70% dan komplikasi ini dapat kapan saja terjadi. Apabila tidak ditangani maka prevalensi penderita diabetes melitus yang memiliki kompilkasi neuropathy akan semakin meningkat.
Berdasarkan data diatas, diperlukan usaha pencegahan salah satunya dengan pemeriksaan monofilament test untuk mengetahui keadaan pada penderita DM. Sehingga, apabila sudah diskrining diharapkan penderita DM maupun keluarga dapat lebih memperhatikan kondisi penyakitnya. Solusi yang ditawarkan pada permasalahan ini adalah dengan melakukan pemeriksaan monofilament test pada penderita DM.